Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

PKS Partai Paling Riuh Rendah Prapemilu Kini Sunyi Sepi

30 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   09:30 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika PKS sendirian saja menjadi oposisi, tentu sangat tidak normal dan  parah, karena ketimpangan yang amat sangat. Dengan keberadaan kursi yang tidak sampai sepuluh persen jelas menjadi bulan-bulanan setiap voting di dalam  mengambil keputusan dan kebijakan. Ini sangat tidak sehat dan bukan jiwa demokratis.

Posisi rekan koalisi pilpres kemarin pun, apalagi Demokrat dan PAN cenderung tidak akan senada dengan PKS, khususnya Demokrat yang mengamankan sosok AHY yang perlu panggung. PAN yang masih galau dan bingung karena matahari kembar di sana. Koalisi adil makmur menjadi koalisi galau.

Sangat wajar jika PKS yang memang memiliki platform yang cukup berbeda jika bersama dengan koalisi Jokowi. Rekam jejak mereka selama pemerintahan SBY juga cukup memberikan warna untuk tidak mudah untuk mengajak mereka bersama-sama.

PAN yang memiliki reputasi tidak kalah dengan PKS tentunya juga menjadi pertimbangan kebersamaan dalam pemerintahan Jokowi-KHMA. Di mana mereka baru saja berlaku seenaknya sendiri, dan tiba-tiba balik kanan.

Demokrat memang belum pernah berperan sebagai oposisi dan berperan pada posisi berseberangan dan membuka peluang demi AHY tentu perlu berpikir cerdik, termasuk pemenang pemilu harus bersikap dan berhitung dengan mendalam dan cermat.

Gerindra justru memiliki banyak kesamaan terutama dengan PDI-P selama sepuluh tahun dalam rezim SBY dan menjadi oposisi bermartabat cukup baik. Ada peluang malahan. Dan di sana jauh lebih positif bagi Gerindra untuk memperbaiki citra buruknya selama 2014-2019.

Jika demikian, sangat mungkin malah PKS tetap sendirian, atau terpaksanya bersama-sama dengan PAN, atau Gerindra, dengan Demokrat yang akan memainkan dua kaki lagi. Jika masih memakai pola ini Demokrat makin hilang dari peredaran.

Mengapa susah agi PKS? Karena masih memiliki kepentingan DKI-2 jadi mereka susah bersikap mendahului Gerindra, mau berseberangan dengan Prabowo jelas rugi untuk posisi DKI, pun mau bersama Gerindra juga belum jelas, pihak istana pun tidak memberikan signal kuat untuk itu.

Posisi lemah PKS sejatinya bisa untuk kekuatan pemerintah di dalam pembersihan unsur-unsur Antipancasila yang banyak ditengarai saling berkelindan di sana. Susah dipungkiri bahwa banyak tokoh dan elit gerakan mengganti Pancasila saling silang dengan partai ini.

Kepercayaan dari rakyat ini sepatutnya diimplemantasikan oleh pemerintah untuk semakin kuat di dalam menghadapi gerakan yang hendak menggantikan Pancasila. 

Kepercayaan rakyat yang jauh dari kelompok ini patut diapresiasi dan diberikan penghargaan dengan tindakan pasti dalam menegakan hukum soal HTI dan kawan-kawan yang berafiliasi dengan aksi mengganti Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun