Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menagih Prabowo Usai Pilpres

29 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 29 Juni 2019   09:03 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat berpikir mau menuangkan ide ini, ada Kompasianer yang berbagi link mengenai anjing kecil yang dibuang dengan kursi kesayangannya. Ia menantikan dengan kelaparan dan kehausan untuk sejenak saja meninggalkan kursinya. Tentu naluri anjing, si pemilik akan menjemputnya, ternyata liht bacaan di bawah.

Kog serasa identik dengan apa yang terjadi dengan beberapa pihak dan kelompok yang seperti di bawah ini. Ada pula yang  tidak merasa bertanggung jawab. Padahal salah satu ciri pemimpin ideal itu sikap bertanggung jawab.

Usai sudah hingar bingar dan pesta demokrasi, usai MK menolak gugatan dari kubu pasangan Prabowo-Sandi. Usai pesta masih perlu penanganan untuk kembali pada situasi yang sama sebelum adanya perayaan. Hal ini alamiah, pesta selesai, ada kotoran yang tersisa, ada barang yang tidak pada tempatnya atau ada yang rusak, capek, atau mungkin meninggalkan hutang. Salah satu yang penting membayar tagihan.

Nah pemilu pun demikian, perlu juga menagih Prabowo dan kawan-kawan yang sudah melakukan banyak hal secara ugal-ugalan. Jangan hanya berpusat pada kursi dan jabatan saja, namun yang kalah juga mengembalikan pada kondisi semula. Ada yang ringan, namun ada juga yang kuat dampaknya karena ugal-ugalan lalu itu.

Agak ringan dan nanti toh selesai, soal tudingan infrastruktur tidak penting, ini soal waktu dan efektifitas akan banyak membantu kesadaran baru tercipta. Toh tidak ada lagi yang maaf naif dengan menghindari tol dan memilih yang lain usai kini benar-benar sangat membantu. Tidak demikian cukup merisaukan, dan narasi ini sepi menjadi bahan di dalam bermedia sosial.

Levelnya agak berat, hoax dan fitnah, karena sudah dimulai dari beberapa waktu lalu, sudah tidak demikian kuat, namun masih lumayan berdampak dan menjadi gaya hidup baru, seolah belum bisa tidur nyenyak jika tidak membuat hoax sehari saja.

Penegakan hukum yang sudah dilakukan cukup membantu dan meringankan jalannya pemerintahan lima tahun mendatang. Sudah dimulai dan dilakukan, jadi lebih ringan. Penolakan dan resistensi sudah lampau.

Meningkat, soal hutang negara, ini cukup kuat karena masih saja menjadi bahan kehebohan di dunia maya. Keyakinan bahwa pemerintahan ini menghambur-hamburkan uang dan hutang yang makin besar. Hutang pun ada DPR yang menyetujui, ada hambaran hasil yang diperoleh, dan itu perlu diajarkan kepada para pengikutnya yang sudah dicuci otaknya selama ini. Dan banyak yang percaya jika demikian adanya.

Kondisi nyatanya tidak demikian. Benar ada hutang. Toh masih terjangkau dengan berbagai hal untuk bisa menangani keadaan itu. Hutang pun jelas ke mana digunakan, bagaimana puluhan tahun hutang yang sama dihambur-hamburkan untuk elit dan subsidi konsumtif.

Ini lebih berat dan mendesak, soal tudingan curang dalam pilpres. Upaya pembuktian itu dari Bawaslu, MK, bahkan MA yang bukan ranahnya pun sudah ditempuh, toh masih saja tidak percaya. Bagaimana mungkin jika demikian bisa menjadi utuh dan baik lagi.

Curang itu aneh dan tidak nalar, karena untuk pileg baik-baik saja. Jelas tidak berdasar, namun toh masih saja banyak yang yakin hal itu. Dampak lebih jauh dengan adanya narasi terusan soal makar, soal referendum, dan menyatakan tidak mengakui presiden terpilih.

Hal ini sangat serius karena sudah banyak negara mengalami negara gagal hanya karena pola pikir egoisme sesaat seperti ini. Sangat serius bagi hidup berbangsa dan bernegara.

Paling serius jelas ketidakpercayaan pada pemerintah, merasa tidak kalah, merasa benar, merasa menang, dan memberikan narasi-narasi sepihak dan banyak penyesatan opini dan perubahan  persepsi, hingga para pemilih dan pengikutnya demikian yakin dan merasa benar apa yang dinyatakan elit pilihan mereka. Berbahaya jika tidak ada penanganan secara khusus dan cepat. Memang gerak nyata itu tidak demikian kuat, namun masih ada media sosial  seolah kampanye demikian itu.

Mengapa menagih Prabowo? Jelas yang membuat mereka kog. Benar bahwa pemerintah itu bertanggung jawab bagi seluruh bangsa dan negara, namun jangan seenaknya sendiri seperti itu. Sama juga anak kecil yang sudah membuat kesepakatan kalau kalah mainannya berpindah kepemilikan dari yang menang. Pas kalah malah semuanya dirusak. Itu dunia anak-anak bisa dimengerti.

Lha aneh dan lucu, ini dunia orang dewasa, bahkan menjelang manula, namun jika kanak-kanak demikian kuat, susah menjadi seorang pemimpin tentunya. Dan seolah pola itu menular pada para pemilihnya. Lihat saja cara berinteraksi dan cara bersikap menerima kekalahan.

Pemilih pun memiliki keyakinan tinggi karena sejak awal dibina dengan model doktrin tunggal, bahwa pemimpin mereka pasti benaar. Salah satu upaya dengan larangan membaca media, ini kan konyol dan ngeri sebagai sarana hidup bersama.  Pendekatan yang membuat mereka sudah mendengarkan, mau menerima masukan, dan fakta yang tersaji saja dengan mudah mereka anggap salah.

Jangan dikira ini karena pendidikan dan pengalaman yang rendah, tidak karena banyak juga orang bertitel, sarjana, bahkan pascasarjana pun tidak sedikit yang demikian model keyakinannya. Mereka sebenarnya tidak banyak, namun cukup dominan karena memiliki akses dan kesempatan dalam media dan corong untuk menuangkan ide dan gagasannya.

Susahnya adalah ketika yang paling bertanggung jawab ini mengaku kalah saja tidak mau, masih merasa menang, padahal jelas-jelas satu saja bukti ia serius mau menjadi presiden tidak bisa mengalahkan rivalnya.

Harapan tetap harus dipegang, bahwa akan ada jalan untuk itu. Semua bisa dan akan mampu diselesaikan.

Terima kasih dan salam

Sumber inspirasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun