Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bambang Widjojanto: Allah yang Melengkapi dan Hotel untuk 02-02-2020

26 Juni 2019   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2019   09:18 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehendak Tuhan tentu mau mengakui kekalahan, karena memang mereka tidak serius kog. Mereka lebih sering menelorkan ide dan gagasan yang inkonsistensi, seperti people power, tidak percaya KPU dan MK, bahkan jauh sebelum itu dengan  membuat narasi partai setan dan partai Allah. Mana ada  Tuhan main partai. Kan koplak.

Upaya mempertahankan diri sebagai pihak yang gagal dan melibatkan Tuhan sebagai upaya religius. Apa bedanya dengan apa yang disampaikan filsuf kalau agama adalah candu jika demikian. kegagalan pribadi namun dikaitkan dengan agama dan Tuhan. Ini jelas tidak benar. Karena masih banyak orang yang mabuk agama.

Berkaitan dengan melibatkan Tuhan dan  narasi bahwa kecurangan yang tidak bisa mereka buktikan, jangan salahkan kalau akar rumput yang tahu hanya sepenggal-sepenggal kemudian mempercayai pemilu ini benar-benar curang. Hal yang sangat serius dan menakutkan bagi hidup berbangsa. Pada satu sisi masih banyak yang mabok agama, sisi lain dibakar terus dengan provokasi ala demikian.

Coba berpikir jernih, apakah ini bukan penistaan agama dan Tuhan jika demikian? Penting karena selama ini kita diombang-ambingkan politik identitas ketika mengaitkan dengan agama dan Tuhan. Padahal pada sisi lain, soal nilai-nilai agama jauh dari yang seharusnya.

Korupsi masih merajalela. Satu demi satu ditangkai toh masih juga banyak yang lolos dan di penjara pun masih melanggar hukum. Itu  jauh lebih  mendesak. Nilai agama bukan pada label namun esensi di mana membawa orang lebih baik. Takut berdosa bukan takut penjara.

Memfitnah, menyebarkan kabar bohong, memutarbalikan fakta, dan mencaci maki seolah tanpa merasa bersalah apalagi dosa, ketika menambahi dengan kutipan ayat suci dan seruan keagamaan. Jauh lebih memilukan ini, karena orang jadi kacau membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Lompatan logika yang lagi-lagi dipaksakan untuk ditutupi dengan kehendak atau Ketuhanan di sana. Kemalasan dan keengganan kerja keras kog. Sama juga ada korban banjir yang ditolong tetangganya enggan, ditolong perahu tim SAR enggan, dibantu tim SAR dengan helikopter tidak mau juga dengan dalih Allah akan hadir dengan jalannya. Air yang menenggelamkannya jawaban Tuhan atas kebebalan manusiawi itu.

Jalan dan cara Tuhan jelas dengan cara manusia. Mana bisa tiba-tiba ada formulir yang diperlukan datang jatuh dari langit begitu saja. Memang Tuhan bisa demikian. Paling mungkin Tuhan itu akan menggerakan nurani dan memperoleh jalan yang seolah sudah buntu. Itu Tuhan melengkapi, namun bukan Tuhan mengubah hasil prosentase dengan begitu saja.

Iman model Pak Tarno yang dihayati, bukan iman dalam Tuhan. Prok prok kelinci keluar dari topi. Prok prok suaranya berubah. Tidak ada. Jangan lagi memfitnah Tuhan. Tanggung jawab lah.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun