Kemarin dulu ketemuan dengan teman yang mudik dari Amrik. Dia masih bujangan dan kami jadikan ledekan di depan keluarga dan teman-teman. Dia ngaku kalau sudah pesan hotel dan semua hal untuk pesta di tanggal cantik 02-20-2020. Satu masalahnya belum ada mempelainya.
Malah jadi ingat Bambang ketika diminta untuk membuktikan dalilnya soal kecurangan ia menyatakan bahwa itu adalah tugas Mahkamah Konstitusi. Ia berdalih atas dalilnya kalau kecurangannya sangat canggih hanya MK yang mampu.
Kedua, soal bukti yang kurang bahwa tidak menjawab atau memberikan data untuk dalilnya ia menyatakan Allah yang akan melengkapi. Lah ini sih fideistis, malah memaksa bahkan bisa memfitnah Tuhan jika demikian.
Jadi ingat peristiwa lain, dulu waktu kerja di luar pulau, ada sebuah yayasan yang akan mengadakan lomba mewarnai. Karena mau pamer aula  baru yang megah, seorang pejabat yayasan memaksa menggunakan gedung itu, padahal talang yang ada belum sempurna dan air masuk ke arena lomba. Ia mengatakan Tuhan akan membantu kalau hujan.
Apakah pernyataan kedua orang itu salah? Tidak juga, sebagai orang beriman memang harus mengandalkan Tuhan di dalam kondisi yang paling tidak mungkin. Itu pasrah namanya. Tidak salah, namun apakah benar?
Tidak juga. Pasrah dan mengandalkan Tuhan itu harus sudah dibarengi usaha dan upaya maksimal. Sama juga tidak mau bekerja namun maunya Tuhan mengirimkan uang berkarung-karung dengan mengatasnamakan sudah pasrah pada kehendak Tuhan.Â
Tidak ada Tuhan memberikan pada pemalas kog kelimpahan. Usaha dulu, baru mendapatkan hasil. Tuhan akan membantu bukan mengambil alih tanggung jawab.
Apa yang ada dalam ilustrasi tersebut adalah:
Adanya lompatan logika, bagaimana mungkin Tuhan melibatkan diri dalam urusan politik manusia, lucunya sama sekali tidak terlihat upaya maksimal. Hal miris sebenarnya, karena yang terbaca adalah upaya menggunakan agama dalam ranah politik praktis.
Sama sekali tidak ada urgensinya melibatkan Tuhan dalam konteks ini, apalagi, sepanjang proses jauh dari ajaran-ajaran Tuhan. Ini sangat mengerikan karena narasi yang mereka gelorakan itu telah banyak meracuni berbagai pihak pada akar rumput.
Akan bisa nalar dan Tuhan benar-benar membantu itu jika mereka memang sudah berusaha maksimal untuk memenangkan kontestasi mereka. Lha apa coba yang serius mereka lakukan, baik sejak sebelum pemilihan, proses kampanye, hingga usainya pemilihan. Semua jauh dari nilai agama jika mau jujur mengakui.