Kebiasaan untuk menghakimi yang berbeda, merasa diri selalu benar dan lebih baik. Ini masalahnya, bukan pakaiannya, namun pada perilaku dan penghakiman atas cara berpakaian dan busana pihak lain. lagi-lagi bukan soal agama.
Jangan terkecoh kemudian mengatakan bahwa itu upaya sekularisasi dan menjauhkan agama dari kehidupan. Sama sekali tidak. Beragama itu baik dan harus, namun apakah sudah mengubah poa hidup bersama? Toh masih saja merajalela korupsi, termasuk kementrian da jajaran yang mengurusi agama kog.
Jauh lebih penting adalah malu maling dari pada malu berpakaian sebagaimana pakaian tradisi bangsa sendiri. Â Atau hujatlah para pelaku ketidakadilan itu dari pada memperkarakan cara berpakaian pihak lain, yang belum tentu lebih buruk juga.
Posisi ada pada RI-02 jelas strategis untuk memberikan bukti dan contoh bagi bangsa dan negara ini. tentunya bukan kog kemudian orang harus bersarung dan berpeci, namun  tidak ada paksaan atau pelecehan bagi pribadi yang memilih cara berpakaian lain. Tidak ada  cara berpakaian itu menjadi tolok ukur dan kadar keimanan dan kadar kualitas kemanusiaan seseorang.
Kedudukan KHMA sebagai kyai, pejabat, dan tokoh jelas sangat sentral sehingga warga masyarakat bisa melihat itu sebagai pola, patron, dan model ada yang berbeda dan itu tidak lebih buruk juga dalam segala hal.
Bangsa yang beraneka ragam sejak lahirnya itu, nampak mau diseragamkan, ketika berbeda adalah musuh dan buruk, orang tentu takut untuk mengambil cara berpakaian sekalipun berbeda. Cara berbusana bukan menjadi pedoman kualifikasi kepribadian seseorang.
Tentu juga bukan hendak menghakimi bahwa cara berpakaian tertentu itu buruk dan bercorak tertentu, tidak pula. Namun ketika orang mengenakan corak tertentu dan memaksakan orang harus sama dan pihak lain lebih buruk, itu persoalannya.
Momentum baik untuk kembali ke jatidiri bangsa. Bangsa atau negeri jiran Malaysia, yang tidak menggunakan Pancasila saja bisa hidup berdampingan antara India, China, dan Melayu dengan kekhasan mereka, masak kita yang berdasar Pancasila harus saling menindas dan melibas.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H