Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kisruh Saksi MK, Media Daring, dan Sisa Kecelakaan Maut Tol Cipali

20 Juni 2019   19:19 Diperbarui: 20 Juni 2019   19:22 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kisruh Saksi di MK, Media Daring dan Pemahaman Pembaca, Sisa Kecelakaan Maut Tol Cipali

Beberapa hari lalu ada kecelakaan karambol dan maut di Cipali yang menewaskan dua belas korban meninggal, dan banyak yang luka berat. Karena kernet bis itu tetangga satu RT dan kenal, maka mengikuti pemberitaan dengan intens.

Cukup menarik memahami pemberitaan media daring ini, karena tahu pertama kali ada kecelakaan kisaran pukul 09.00 pagi, dan belum ada kepastian bagi keluarga. Media sangat membantu. Awalnya hanya benar PO yang kecelakaan benar. Soal apakah turut menjadi korban atau tidak masih belum ada.

Sekitar pukul 11-an pemberitaan berkisar kemungkinan sopir kelelahan dan kehilangan kontrol atas bis yang ia kemudikan dan terjadilah kecelakaan dan korban cukup banyak. Opini dan asumsi masih menjadi landasan.

Makin siang, makin beragam, sekitar pukul 13.00 masih belum ada kepastian khabar tetangga, namun media sudah memberitakan lebih luas, bahwa ada perebutan ponsel dari sopir oleh penumpang. Belum ada alasan mengapa. Namun media lain ada juga yang menuliskan bahwa ada perebutan telpon genggam antara kernet dan sopir.

Menjelang sore keluarga sudah mendapatkan khabar dan juga media daring pun sudah menyebutkan bahwa ada penumpang yang merebut kemudi karena mendengar kernet dan sopir mau membunuhnya, dan ini yang kemudian berkembang menjadi tersangka dan kemungkinan terbesar memang demikian.

Media daring dan kecepatan.

Kecepatan, viral menjadi yang utama, di sanalah letak akurasi menjadi seolah  terbaiakan. Kadang opini, asumsi, dan malah tidak jarang spekulasi. Hal yang sangat lumrah bisa terjadi, karena berorientasi pada kecepatan. Termasuk media yang cukup tepercaya pun kadang abai akan hal ini.

Copas menjadi semakin mudah, kadang editor abai juga mengaitkan satu bahasan namun menempelkan ulasan sebelumnya, berkaitan dengan kecelakaan itu pun bisa menjadi contoh. Pemberitaan awali soal pengemudi mengantuk, padahal pada alinea penutup  membahas soal pengakuan saksi bahwa ada perebutan kemudi dan ponsel.

Membaca media daring sangat perlu kedewasaan, kecerdasan bermedia, dan memilah serta memilih

Hal yang cukup krusial karena kalau tidak hati-hati sudah menyimpulkan bahan dan data setengah saja. Contoh jelas dalam kisah kecelakaan itu. Nah berkaitan dengan hal itu, politik yang sangat hingar bingar dan ada pihak yang memanfaatkan karena keyakinan rakyat itu belum benar-benar pintar.

Media banyak yang berkarakter, dapat dipercaya, namun jangan lupa, murah juga untuk urusan politik menciptakan media sendiri, konsumsi sendiri, dan pembiasaan opini sesuai dengan kepentingan yang hendak dituju.

Diperkuat dengan membanjirnya info bahwa media tidak bisa dipercaya, percayai saja yang ada di kelompok sendiri, media sosial, grup percakapan ekslusif, dan hanya dari orang atau kelompok yang itu-itu saja. Mereka yang enggan kerja keras dan memilah dan memilih jelas sudah terjebak di dalam penguasaan informasi yang sudah dirancang.

Belajar dari kisah kecelakaan tersebut, jadi makin paham bagaimana orang bisa demikian fanatis sempit pada kelompoknya. Ada tiga info soal kecelakaan tersebut, sopir mengantuk, sopir dan kernet berebut ponsel, dan penumpang merebut kemudi dan ponsel, jadi sopir kehilangan kendali.

Jika dalam politik, yang dua separo benar itu, di mana sopir mengantuk dan kedua korban berebut ponsel yang diulang-ulang, disebarkan melalui media khusus, media percakapan, dan sejenisnya. Lambat laun dan pasti kebenaran bahwa ada penumpang merebut kemudi itu bisa terlupakan. Kesaksian pihak yang mau meluruskan kejadian dengan mudah ditingkahi dengan berbagi tudingan dan tuduhan, bisa bingung sendiri.

Kisah Ratna Sarumpaet identik dengan itu. Hanya saja karena namanya rekayasa akan dengan mudah terpatahkan, toh masih banyak orang yang meyakini itu sebagai pelaku jahat dari pemerintah.  Kesesatan yang disengaja itu dan oleh para pelaku sudah tidak lagi menjadi perhatian, namun sudah banyak orang yang disesatkan.

Sama juga dengan tuduhan pemilu  curang itu. bagaimana pembuktian demi pembuktian toh masih juga tidak menemukan faktualisasi. Dan si para korban kebusukan narasi  itu toh banyak juga. Mereka pun abai untuk bertanggung jawab membersihkan pemikiran sesat ini. Mengapa ini demikian dalam dan keyakinan tinggi?

Mereka sudah dicekoki media yang itu-itu saja. Sejak awal mereka menarasikan jangan percaya media dengan menyebut media-media arus utama yang sudah teruji. Dari sana orang sudah tidak lagi membaca media yang sudah melakukan tugas jurnalistik dengan relatif baik.

Kesempatan ini dimanfaatkan elit untuk membuat media yang murah meriah dengan pemberitaan sesuai dengan narasi yang mereka rancang. Dan jangan kaget, media model ini sangat tinggi diklik, ingat hanya diklik bukan dibaca, dibagikan, dan tersebar dengan masif, namun hanya link dan judul.

Pemanfaatan judul bombastis dan menarik minat, soal isi yakinlah tidak akan ada yang membaca dari kalangan model demikian. Mereka memang sudah paham benar bahwa pemilih mereka kalangan ini, kelompok yang mudah digiring dengan opini mereka.

Sayang ketika diberi tahu yang lebih obyektif, pembanding, dan ulasan yang lebih menyeluruh mereka sudah menutup diri terlebih dahulu. Sebenarnya cukup miris, karena termasuk kelompok terdidik pun banyak yang termakan bermedia model demikian.

Kisah kecelakaan kemarin, karena kenal dan tahu, jadi mengikuti dan makin paham alur pikir kelompok tertentu dalam meyakini pendapat kelompoknya sendiri. Pemanfaatan media yang sudah dirancang untuk mencuci otak pengikut mereka.

Susah membayangkan mengembalikan pemikiran yang lebih jernih, obyektif, dan maaf waras bisa dalam waktu yang cepat. Elit sudah dapat kue, di bawah sangat mungkin masih  ribut.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun