Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo dan Ahok-BTP Belajarlah Politik dari Setya Novanto

17 Juni 2019   09:08 Diperbarui: 17 Juni 2019   09:11 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo dan Ahok-BTP Belajarlah Politik Dulu dari Setya Novanto

Lagi-lagi Setya Novanto membuat ulah. Ia kedapatan jalan-jalan di luar penjara, padahal ia adalah terpidana. Ini bukan hanya sekali, sudah berkali ulang dengan alasan klasik, pemeriksaan kesehatan dan rwat inap tapi bablas. 

Sel palsu pun dibongkar oleh Najwa Shihab, kabarnya senyap. Korban hanya kalapas, pun karena kasus lain. Ia tidak ada tindakan apapun. Hanya kini dipindahkan ke Gunung Sindur, tapi Nawja Shihab justru mengingatkan publik untuk tetap mengawasi Setnov bahwa tempat barunya malah membuat ia makin leluasa.

Dulu, ketika ia divonis penjara oleh pengadilan tipikor dan langsung menerima, tanpa ribet seperti koleganya yang banding hingga berkali ulang, ia seolah anak kecil yang taat menerima, saya jelas menantikan aksi-aksinya yang seperti ini. Dan itu benar. Khas bahwa sel penjara mewah, keluar dengan alasan kesehatan, jalan-jalan, dan sejenisnya.

Padahal sebelum disidang demikian banyak drama yang entah dalangnya itu pengacara, atau memang ia yang mau berkelit, toh membawa pengacara dan dokter masuk bui juga. Jauh sebelum itu ia mengalahkan KPK melalui pra peradilan.

Jauh-jauh sebelum itu, ia berkali-kali keluar masuk KPK sebagai saksi namun tidak pernah naik status apalagi menjadi terdakwa dan pidana. Ia selalu aman dan lolos, lebih dari lima kali kasus besar yang "berhasil" ia berkelit.

Suka atau tidak, dua orang politik kuat saat ini ada pada Jokowi dan Setnov, bukan Prabowo. Mungkin Prabowo menang dalam elektabilitas, namun soal politik dan diplomasi serta polah politik lainnya Setnov jawarany.

Akhir 2015 drama papa minta saham banyak yang memperkirakan karir politik Setnov tamat. Tapi siapa sangka malah naik kelas menjadi ketua umum Golkar dan tidak lama kemudian naik jabatan lagi, sempat degradasi sekejap menjadi ketua fraksi kembali. Tidak ada orang sekaliber Akbar Tandjung, SBY, ataupun yang lainnya yang selicin ini.

Manuver cerdik, atau culas, toh sudat pandang yang berbicara menempel Jokowi dan menyatakan dukungan terbuka pertama, Jokowi calon presiden 2019,  bahkan PDI-P pun sebagai pengusung utama 2014 belum menyatakannya. Politikus ulung dan ulet yang memanfaatkan momentum dengan tepat dan itu tidak banyak.

Amien Rais yang guru besar pun tidak bisa menandingi cara Setnov berpolitik. Politikus komplit dan cukup aman segala zaman. Ia mulai dari era Soeharto hingga bertahan dalam masa Jokowi dan baru masuk bui pun masih demikian kuatnya.

Fokus sebagai politikus, ia selalu saja bahagia di dewan. ia tidak peduli jabatan, mana pernah ada nama Setnov dalam pembicaraan kabinet atau ketua umum Golkar, mau Golkar menang pemilu atau hanya  nomor dua atau tiga. Ia adem ayem saja, yang jelas proyek baginya jalan dan lancar. Ia tahu persis uang segalanya dalam alam demokrasi bangsa ini.

Ada perebutan kursi ketua umum, semua saling tuntut dan dia diam saja dan malah memperolehnya. Coba mana ia susah-susah harus ke pengadilan yang melelahkan dan malah menang. Kedua kubu pun oke-oke saja tidak ribet dan ribet. Ini pengajaran bahwa politik itu tidak perlu ribet, namun cerdik memanfaatkan kesempatan.

Politikus muda, eh ada juga yang tua, seperti Pak Beye main medsos, atau ada juga yang mengirimkan berita, tanggapan, atau pernyataan soal isu-isu terkini, toh Setnov tidak pernah itu. jarang media menyebut Setnov mengatakan ini dan itu. Polemik yang tidak penting. Toh ia bisa melenggang dengan aman hingga sekian lama dengan aman.

Politikus itu jauhi polemik dan intrik yang merusak reputasi. Ahok-BTP siapa yang tidak kenal dengan reputasinya dalam membangun Jakarta. Perselisihan demi perselisihan dengan dewan dan pihak yang kinerjanya buruk. Apa hasilnya? Musuh banyak dan itu dimanfaatkan untuk menjegalnya dan malah apa yang ia lakukan gagal. Jakarta kembali mangkrak, coba ia belajar tenang dan sabar ala Setnov.

Prabowo pun harus belajar cara politik Setnov ini, lihat pembelaaan demi pembelaan datang. Prinsip mengalah untuk menang benar-benar dihayati oleh Setnov dengan pola berpolitiknya. Ia biasa saja datang ke KPK untuk menjadi saksi si ini dan si itu. Bandingkan banyak  polikus lain yang bersikukuh untuk enggan ke KPK hanya menjadi saksi sekalipun, toh malah masuk bui terlebih dahulu.

Jaringan itu penting, salah satu kekuatan Setnov itu pada jaringan, entah memainkan uang, atau apa, yang jelas ia memiliki pendukung kuat dan itu jelas dari pembelaan yang ia alami sekian lama sehingga aman. Tanpa adanya jaringan ia akan tumbang sejak lama. Cara ia berkelit dan menghindar dari kasus hukum memperlihatkan ia tidak sendirian.

Tentu belajar bukan untuk perilaku buruknya, berkelit terhadap pertanggungjawaban hukum, bukan itu, namun cara-cara ia berpolitik dan mencapainya itu yang penting. Belajar caranya dan dibenahi demi kebaikan, bukan yang buruk. Memang ada politisi baik  yang bisa dijadikan rujukan, toh dari perilaku Setnov ini banyak sisi baik yang sayang dipakai untuk hal yang tidak semestinya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun