Membantu Bambang Widjoyanto Membantu Bangsa ini
Tokoh yang paling banyak mendapatkan sorotan dan bahasan hari-hari ini adalah Bambang Widjoyanto. Keberadaannya yang menjadi tim hukum pasangan Prabowo-Sandi dengan segala dinamikanya yang menjadi kulikan publik.
Tidak sedikit yang mengungkapkan kekecewaannya, karena keberadaannya yang berbeda 180o  dari keberadaannya baik selama menjadi pegiat LSM-pengacara, apalagi ketika menjadi unsur pimpinan KPK.  Itu sah-sah saja bagi yang kecewa.
Ada pula yang mempertanyakan ketika ia mendua dengan jabatan di Pemrov DKI dan menjadi pengacara  pasangan capres 02. Ini juga boleh-boleh saja, sama tidak aneh, ketika banyak pula yang mengungkit persoalan ketika ia lengser dari KPK. Â
Sama berhaknya yang melaporkan ke induk organisasinya, kalau BW tidak layak beracara di MK dengan dugaan pengarahan saksi di masa lalu.
Kasihan benar apa yang sedang terjadi pada BW kali ini. Mengapa demikian?
Pertama, BW sudah dikenal publik sebagai seorang tokoh yang relatif baik-baik saja, menjalani profesionya dengan mulus, bahkan banyak yang tidak percaya ketika ia ditangkap polisi. Pembelaan lebih banyak ke dia dari pada polisi. Kecurigaan ke polisi karena rekam jejak yang nampak baik-baik saja.
Nah warga yang tahunya mulus-mulus saja ini, ada pula yang sangat memuja dan tidak mau tahu, pokoknya BW bagus, tidak salah, apalagi pemuja Prabowo yang memang sudah memiliki satu pikiran, Prabowo pasti menang, pihak lain curang. Dua kelompok ini jadi makin militan, dan susah melihat fakta dan kenyataan yang ada.
Kedua, kelompok yang kecewa dobel ini makin mengristal di dalam menyikapi keadaan. Makin susah mendapatkan kebenaran yang lebih universal, apalagi dengan narasi makin ke sini makin ngawur dan jelas itu ada unsur kesengajaan.
Bahaya yang bisa terjadi adalah, para pendukung kelompok dan barisan sakit hati ini makin susah diluruskan, termasuk ketika MK memutuskan pun akan tetap ditolak dalam benak mereka. Ini sangat mengganggu keberadaan berbangsa. Pengalaman lima tahun lalu yang tidak segendeng ini saja masih susah dbenahi, apalagi ini lebih ugal-ugalan.
Beberapa hal yang membuat patut BW dibantu.
Satu, kampanye Prabowo-Sandi selalu ramai, mengapa suara di TPS sedikit banget.
Mosok senaif itu sih sekelas BW, doktor lagi. Semua juga paham, kalau datang ke kampanye belum tentu memilih. Itu sangat mungkin. Kampanye bisa saja hanya hiburan atau mencari kaos atau  makan siang, dan sejenisnya.
Dia juga paham tentunya kalau pengerahan massa sangat mungkin terjadi. Yang datang di titik kampanye A, B, C, dan D bisa saja orang-orang yang sama. Jelas lah di TPS sunyi pemilihnya. Toh selama kampanye banyak pemberitaan jika ada pengerahan massa dari daerah ke tempat lain.
Photo-photo kampanye juga sepi kog, namun tim mereka mengelabui dengan teknik memotong ruang kosong dan mengaitkan itu kampanye koalisi lain. Ini jelas  ia paham, hanya mau memperpanjang nafas sejenak saja. Mereka ini sangat mengerti kondisi lapangan sangat tidak berpihak pada mereka.
Kampanye saja hanya merendahkan dan membuat sandiwara demi sandiwara. Coba jua cek kesesuaian dengan pilkada di mana daerah yang memiliki identifikasi mirip seperti Jawa Tengah. Mereka paham dengan banget, nyatanya mereka klaim menangnya berubah-ubah. Jika naik turun selisih 2-4 % itu masih normal. Lha ini bisa lebih dari sepuluh persen.
Kutipan dengan memaksakan teks demi kepentingan sendiri
Salah satu ahli dari Australia keberatan karena dicomot hasil penelitiannya dan menjadi rujukan, ketika risetnya berjalan kisaran setahun sebelum pemilu.Â
Jelas jauh dari panggang dengan api. Artinya ia memperkosa teks demi membenarkan ide, gagasan, dan wacana yang ia kembangkan demi kemenangan pasangan yang ia dukung.
Lucu dan aneh, termasuk kutipan dari mana-mana demi membenarkan bahwa Prabowo harus menjadi presiden. Padahal sengketa yang menjadi kewenangan MK sangat jauh dari yang seharusnya mereka ungkapkan dengan lebih lengkap dan mendalam. Jelas kasihan bukan keberadaan gugatan mereka?
Prabowo presiden atau pemilu ulang
Jelas sangat tidak realistis. Berderet-deret fakta yang menyulitkan untuk membalikan angka perolehan Jokowi dan Prabowo, kecuali akal-akalan ala mereka.Â
Mulai dari 62% ternyata entri masih menggunakan SMS dan ditengarai kalau dari kubu 01 dominan ditolak. Sama persis dengan angka terakhir dengan membuang  perolehan pasangan Jokowi-KHMA dan membiarkan suara mereka utuh.
Lucu dan aneh, mereka menggunakan penghitungan milik KPU yang sejatinya adalah yang mereka gugat. Logika sederhananya adalah suara mereka potensial itu hilang karena kecurangan, bukan malah membuang suara pihak lain. Kan aneh coba jika demikian siapa yang curang coba?
Jadi ingat ada rekan di media sosial yang selalu saja mencela dan menyatakan Jokowi curang setiap postingan saya apapun temanya.Â
Usai tiga kali saya tanya, buktikan dan yakinkan saya satu saja layak memilih Prabowo, ia diam seribu bahasa dan tidak lagi datang dengan refrein curang-cureng. Â Apa iya level BW sama dengan rekan itu?
Membantu BW sama juga membantu bangsa ini karena narasi yang ia bangun jauh lebih ugal-ugalan dari pada yang sudah-sudah. Ini berbahaya bagi kehidupan lima tahun ke depan. Apalagi posisinya yang strategis begitu.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H