Dua kubu dengan polarisasi yang demikian ketat, melahirkan gaya berpolitik Nikita Mirzani. Siapa dia banyak yang paham, artis yang sangat biasa, bukan papan atas dalam banyak hal, lebih cenderung heboh dan kontrovesial dalam banyak hal. Keluarga, peran, cara berpakaian, dan lainnya lagi. Satu yang menggelitik cara menyikat politikus cukup unik, dan langsung diam.
Tidak tanggung-tanggung, Fadli Zon ia buat mati kutu, akhir tahun lalu dinyatakan 2-0 skor Nikita vs Fadli, ketika biasa Fadli ribut soal pertemuan ekonomi di Bali. Nikita mengatakan  pekerjaan pimpinan dewan nol besar dan takut menghadapi polisi tidak seperti dirinya.
Eh baru-baru ini diledek lagi soal wajah Fadli yang ngempet kawin lagi tapi takut istri. Hal senada dinyatakan untuk Titik Soeharto yang ia katakan janda yang kurang mainan, beda dengan dirinya yang meskipun cerai lagi toh nikah tiga kali.
Apa yang disampaikan cukup mengibur, di mana kebekuan kubu yang tentunya menjaga ini dan itu, dipecahkan oleh NM dengan celotehnya yang biasa berkaitan dengan seksualitas, yang sangat mudah menjadi viral. Sangat natural, paling kuno ya ledekan seksual, dan itu wajar-wajar saja.
Mengapa menjadi menarik? Baik Fadli atau Titik sangat tidak berdaya mau menjawab serba salah, mereka jelas tidak akan menganggap NM selevel, dibiarkan juga susah karena jadi bahan olok-olokan. Akan berbeda jika yang beceloteh politikus, seperti Riek misalnya, atau Puan. Ini malah membuat serba repot bagi mereka.
Apa yang disampaikan memang normatif benar demikian, apalagi NM berani menghadapi penegak hukum. Pernah di dalam sel, jadi bisa menghina FZ yang ngoceh soal penjara yang sempit. Apa yang dinyatakan untuk Titik juga apa yang ia alami, dan itu diterapkan bagi Titik. Mau menjawab apa coba? Serba salah.
Apa yang terjadi dimanfaatkan dengan baik oleh kubu PDI-P ketika Fadli meledek Jokowi Petruk jadi Ratu, mereka mendelegasikan NM saja yang menjawab. Artinya, FZ bukan level elit mereka yang perlu menjawab, wong nyatanya apa yang dikatakan NM pun ia tidak mampu menjawab dengan baik.
Sikap yang cukup menghibur di tengah keriuhan dan kengototan sejumlah pihak, dan toh membuat elit yang kena sentil diam dalam waktu yang cukup lama. Menghadapi kebodohan dengan cara yang murah meriah saja tidak ada salahnya, toh manjur dan bagus juga.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H