Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Betapa Gigihnya BPN dan Fokusnya

26 Mei 2019   18:33 Diperbarui: 26 Mei 2019   18:47 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa Gigihnya BPN dan Fokusnya

BPN ini badan paling gigih. Luar biasa ide, gagasan, dan sepak terjangnya. Dari masa kampanye hingga usai pencoblosan, masih saja gerak dan gerak terus. Usai keputusan Bawaslu, masih saja ada narasi lain, dan ke MK. Ke MK pun tidak hanya selesai dengan bukti dan menunggu sidang, masih saja banyak narasi di bangun. Luar biasa.

Sayang disayang, fokus mereka justru pada Jokowi, bukan pemenangan Prabowo. Lihat narasi mereka, Jokowi gagal, Jokowi menimbun utang, pembangunan infrastruktur yang tidak berguna, Jokowi curang, lembaga curang, dan sejenisnya. Terakhir malah meminta diskualifikasi kemenangan Jokowi dan lantik Prabowo, usai meminta mengalah tidak mendapatkannya.

Nalarnya begini, orang jualan baju itu akan menawarkan baju yang bla...bla...bla... Lha tapi marketing dan penjual baju ini malah mencela baju lain yang ia katakan jelek, buruk, ketinggalan zaman, dan seterusnya. Fokusnya ke luar, bukan ke dalam membangun citra dagangan dan citra dirinya yang baik dan menarik untuk dipilih.

Memusatkan kantor pemenangan di kota Solo, dekat rumah Jokowi.

Ini jelas dagelan paling lucu, mau dagelan Mataram, Srimulat, Cak Lontong, Bagito, Sule, Mandra, almarhum Benyamin pun tidak ada yang bisa menandingi. Apa maksudnya coba, hanya fisik gedung, aksinya pun jauh dari itu semua. Seolah olok-olok tidak penting, ketika ranah rasa, dibarengi guyunon yang tidak patut dengan orang Boyolali.

Solo, Boyolali itu dekat banget, gandeng malah, dan imbasnya jelas. Telak. Mereka bekerja bukan fokus pada Prabowo tapi fokusnya adalah Jokowi, jelas energi mereka habis hanya untuk mengulik perilaku rival.

Apa yang mereka lakukan hanya fokus pada rival  dan abai memoles jagoannya. Jelas tampak dalam debat, hanya berdalih dan menglaim menang, namun jelas terpampang kalah telak. Mereka melakukan yang remeh-temeh, lepas pada hal yang esensial.

Lebih banyak kehebohan daripada jaminan mutu

Sejak awal mereka ini rapuh, pemilihan cenderung asal-asalan, pokoknya bisa mendaftar dan tidak rebutan. Pragmatisme dalam pemilihan sekelas presiden dengan berbagai karakter parpol bisa berbayaha. Dan kini panen masalah, eh Jokowi juga yang dipersalahkan. Mulai jenderal kardus, klaim menang, sujud syukur, dan narasi kehebohan dari KPU curang, people power-makar, hingga minta mengalah, dan kini minta diskualifikasi.

Ini sama saja masuk finis telat menuding juri curang dan meminta pemenangnya mengalah. Karena tidak mau ngambeg dan mengancam ke mana-mana.

Awalnya mengaku menang 55% menjadi 62%, dan bahkan sempat 80% lha kog sekarang  meminta lawan didiskualifikasi. Lha ke mana angka yang terakhir diakui 54% itu?  Kalau memang menang, mengapa riuh rendah mendeskreditkan pemenang. Aneh dan lucu, apalagi 80%.

Riuh rendah narasi dan opini dari pada bukti

Usai bukti ke Bawaslu menjadi tertawaan, kini ke MK pun demikian. dari pidato SBY tahun lampau, hingga hanya 51 bukti, padahal diperlukan untuk meyakinkan hakin bahwa ada 16 juta, ingat 16 juta suara yang perlu diberikan kepada mereka yang telah diambil Jokowi. Apakah itu cukup hanya dengan 51 berkas itu?

Tahun 2014 yang tidak sedemikian banyak saja mentah, apalagi kini. Jelas mereka asyik dengan narasi semata selama ini, abai berbicara yang hakiki. Kaget sendiri sekarang. Abai apa yang esensial karena fokusnya hanya presiden bukan meraih menjadi presiden.

Berbagai manufer namun lagi-lagi bukan yang mendasar. Bagaimana tudingan MK mahkamah kalkulator dan rezim korup. Padahal sejak awal, TPS hingga gugatan Bawaslu mereka sama sekali tidak menyiapkan diri dengan relatif baik. Jangan berbicara masa empat tahun lebih ini.

Pengulangan trik dan cara 2014 hanya ditambah dengan people power, dan kemudian ramai dengan kerusuhan, meskipun menolak bertanggung jawab, toh terbaca juga dengan gamblang kog seperti apa warna kisruh kemarin. Berbagai argumen, data, dan fakta lapangan mengarah ke mana.

Pembelajaran penting dari pola kerja BPN adalah mereka abaikan diri memoles calon sehingga layak jual. Riuh rendah menertawakan lawan, yang diamini lingkaran utamanya. Padahal sama sekali tidak diperlengkapi denga data, dan mudah dimentahkan dan bahkan banyak menjadi urusan dengan pidana dan penegakan hukum.

BPN dan tim tidak siap dalam kontestasi tingkat elit, hanya mengandalkan pelaku amatiran yang lagi-lagi menjadi bahan tertawaan. Lihat sms menjadi basis pengumpulan data, era jauh lebih maju, megapa masih sms menjadi acuan. Kemudian lagi-lagi ada robot ikhlas yang malah kedodoran juga, buktinya di Bawaslu mentah-mentah ditolak. Ini jangan dianggap sepele, ini serius, ngapain saja kerja selama ini.

Asyik melirik kubu lawan, malah rekan koalisi sendiri lari tidak karuan. Praktis kini maju ke MK hanya Gerindra dengan bagian personal partai bukan partai sebagai sebuah organisasi, ditambah pelaku politik lain bukan dari partai resmi peserta pemilu. Ini juga memperlihatkan bagaimana kinerja politik mereka sangat lemah.

Pengakuan pileg dan ngotot kalau pilpres ditolak jelas lagi-lagi memperlihatkan mereka tidak serius dalam pemilu kali ini. fokusnya Jokowi kalah bukan Prabowo menang. Ingat spritualitas itu menentukan, jangan hanya klaim dan labeling agama dengan peristilahan dan pakaian semata.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun