Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Betapa Gigihnya BPN dan Fokusnya

26 Mei 2019   18:33 Diperbarui: 26 Mei 2019   18:47 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awalnya mengaku menang 55% menjadi 62%, dan bahkan sempat 80% lha kog sekarang  meminta lawan didiskualifikasi. Lha ke mana angka yang terakhir diakui 54% itu?  Kalau memang menang, mengapa riuh rendah mendeskreditkan pemenang. Aneh dan lucu, apalagi 80%.

Riuh rendah narasi dan opini dari pada bukti

Usai bukti ke Bawaslu menjadi tertawaan, kini ke MK pun demikian. dari pidato SBY tahun lampau, hingga hanya 51 bukti, padahal diperlukan untuk meyakinkan hakin bahwa ada 16 juta, ingat 16 juta suara yang perlu diberikan kepada mereka yang telah diambil Jokowi. Apakah itu cukup hanya dengan 51 berkas itu?

Tahun 2014 yang tidak sedemikian banyak saja mentah, apalagi kini. Jelas mereka asyik dengan narasi semata selama ini, abai berbicara yang hakiki. Kaget sendiri sekarang. Abai apa yang esensial karena fokusnya hanya presiden bukan meraih menjadi presiden.

Berbagai manufer namun lagi-lagi bukan yang mendasar. Bagaimana tudingan MK mahkamah kalkulator dan rezim korup. Padahal sejak awal, TPS hingga gugatan Bawaslu mereka sama sekali tidak menyiapkan diri dengan relatif baik. Jangan berbicara masa empat tahun lebih ini.

Pengulangan trik dan cara 2014 hanya ditambah dengan people power, dan kemudian ramai dengan kerusuhan, meskipun menolak bertanggung jawab, toh terbaca juga dengan gamblang kog seperti apa warna kisruh kemarin. Berbagai argumen, data, dan fakta lapangan mengarah ke mana.

Pembelajaran penting dari pola kerja BPN adalah mereka abaikan diri memoles calon sehingga layak jual. Riuh rendah menertawakan lawan, yang diamini lingkaran utamanya. Padahal sama sekali tidak diperlengkapi denga data, dan mudah dimentahkan dan bahkan banyak menjadi urusan dengan pidana dan penegakan hukum.

BPN dan tim tidak siap dalam kontestasi tingkat elit, hanya mengandalkan pelaku amatiran yang lagi-lagi menjadi bahan tertawaan. Lihat sms menjadi basis pengumpulan data, era jauh lebih maju, megapa masih sms menjadi acuan. Kemudian lagi-lagi ada robot ikhlas yang malah kedodoran juga, buktinya di Bawaslu mentah-mentah ditolak. Ini jangan dianggap sepele, ini serius, ngapain saja kerja selama ini.

Asyik melirik kubu lawan, malah rekan koalisi sendiri lari tidak karuan. Praktis kini maju ke MK hanya Gerindra dengan bagian personal partai bukan partai sebagai sebuah organisasi, ditambah pelaku politik lain bukan dari partai resmi peserta pemilu. Ini juga memperlihatkan bagaimana kinerja politik mereka sangat lemah.

Pengakuan pileg dan ngotot kalau pilpres ditolak jelas lagi-lagi memperlihatkan mereka tidak serius dalam pemilu kali ini. fokusnya Jokowi kalah bukan Prabowo menang. Ingat spritualitas itu menentukan, jangan hanya klaim dan labeling agama dengan peristilahan dan pakaian semata.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun