Pemanggilan dan penangkapan Permadi dan Lueis Sungkharisma menjadi bumbu penyedap dan menepis tudingan soal kriminalisasi ulama. Kan keduanya bukan ulama, atau paling tidak jika diulama-ulamakan sangat kecil ada yang percaya.Â
Ini bukan level kaki gurita, hanya sedikit tinta saja. Dan terbukti Permadi jadi jinak banget. Beda dengan video yang ada. Entah kalau kembarannya yang dikirim ke kantor polisi.
Pengumuman dini hari dan KPU kerja cepat sehari sangat signifikan. Massa belum sempat berkumpul, efek kejut yang lumayan kuat. Seperti kena ubur-ubur, mati sih tidak, hanya terkejut cukup lama. Langsung lahir narasi penggunaan ayat suci, di mana pengumuman malam. Lagi-lagi narasi  gagal.
Penangkapan penyelundupan senjata jelas sangat signifikan, ini belum jantung sih, masih sebatas mematahkan kaki terakhir. Pertahanan dan membela bak babi buta seperti biasanya sepi-sepi saja. Â
Ini seperti menjadi puncak atas pengadangan massa dari daerah-daerah. Gembos jauh sebelum menggelembung. Pilihan dan tindakan cerdik dan matang.
Sebelum itu, potensi kerusuhan penyusup dengan penangkapan bomber dan teroris juga memegang peran penting. Bagaimana hancur leburnya bangsa ini ada satu saja bom meledak, habis semua upaya baik yang dilakukan. Malah berbalik mereka memuja pembom sebagai pahlawan.
Belum lagi usai diobok-oboknya parpol dengan berbagai-bagai manufer. Jangan dianggap itu sederhana, itu permainan politik tingkat tinggi. Dan para politikus banyak omong itu abai akan kinerja politik senyap yang sangat efektif.
Pas aksi ada sedikit lepas kendali, toh masih bisa ditangani dengan baik dan relatif baik-baik saja. Memang ada korban dan itu sejatinya karena tidak mau mendengar apa yang disampaikan pihak keamanan. Sangat mungkin ada penyusup di sana-sini. Toh kinerja intelijen sudah banyak mengurangi risiko yang lebih buruk.
Isu polisi sipit, polisi impor, polisi menembaki masjid, polisi brutal, itu hanya upaya tambahan di tengah usaha keras dan lebih besar telah layu sebelum berkembang. Semua bisa dimentahkan dengan bukti-bukti konkret dan nyata. Bagaimana kinerja polisi masih dalam tataran terukur dan membenturrkan negara dan agama hanya omong kosong.
Menyatakan diri sebagai bukan bagian dari anggota 02 yang melakukan perusakan, namun mereka ada di tengah-tengah mereka, jauh hari, bahkan jauh bulan telah mengadakan agitasi dengan propaganda yang memanaskan suasana, tidak bisa mengatakan dengan sederhana eh kami tidak terlibat. Hanya kamuflase sesaat untuk mengail di air keruh.
Ini sama juga dengan anak kecil yang obok-obok parit dan kemudian banyak orang tua mau mandi, mak-mak mau menyuci airnya keruh, si anak dipanggil tidak mengaku, ini badanku kering, mana aku mandi di situ?