Paling rugi sebenarnya adalah Sandi, bukan Prabowo. Prabowo makin  habis, dan sudah tidak ada lagi kesempatan, toh sebelum pencapresan kemarin pun keluarga sudah merasa berat. Jadi untuk lima tahun lagi apa tidak jauh lebih berat, termasuk kesehatan. Sandi jauh lebih rugi.
Narasi kecurangan termasuk dinyatakan Sandi jelas menjadi bumerang paling fatal. Ugal-ugalan dengan sandiwara-uno kemarin termasuk penyumbang suara antipati sehingga beralih ke pasangan Jokowi-KHMA. Point terkikis.
Usai pengumuman, kelihatan realistis, pemilih banyak menaburkan simpati dan doa juga, melihat kuyu dan lemasnya Sandi. Ada pula  janji memilih Sandi padahal kali ini jelas Jokowi banget, karena simpati melihatnya yang lunglai. Sandiwara uno dan pete, atm sudah dilupakan.
Ketika ia berteriak kecurangan, dan perjuangan sampai akhir dikumandangkan, kekisruhan di jalanan yang tidak mau mendengar, kata aparat, makin habis. Ia termasuk di dalamnya, apalagi ketika benar-benar rusuh dengan enteng bukan bagian kami. Ini jelas kebiasaan alias tuman, seperti biasanya. Berkali ulang sejak lama pola yang sama.
Narasi kecurangan sekarang kalah gaung dengan kalah ngotot. Ini jelas sangat merugikan. Sebenarnya masih ada peluang di MK meskipun kecil, itu sangat mungkin. Namun narasi mereka yang mengatakan sia-sia telah membakar banyak pihak untuk meradang, dan itu bagian mereka untuk mengatasinya. Jangan malah menyalahkan pihak lain yang harus bertanggung jawab.
Ini akan ditanggung Sandi untuk lima tahun ke depan, meskipun ia balik jadi wagub, atau jadi apapun. Sudah habis apa yang sebenarnya ada saat ini. Pemilih Aceh, Sumber, NTB, dan banyak tempat yang bisa mereka kuasai, sangat gampang diraih, namun apakah dengan perilakunya kini masih bisa diyakini mau memilihnya?
Pilihan sudah diambil dan susah untuk mengembalikannya. Politik itu seni, dan ketika kreatifitas tidak mampu menutupi kekurangan ya sudah, selesai. Narasi kecurangan telah gagal total dan malah menjadi kalah ngotot lebih kuat.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H