Ada pengamat yang mengatakan kesalahan sejak  memilih sistem kampanye. Jauh dari sana, sejak memilih peran oposisi ugal-ugalan dan hanya mengulik kursi kepresidenan abai akan kenyataan. Membangun citra diri sebagaimana point di atas jauh lebih bagus dan menjanjikan.
Memilih politik kebodohan, berakting seolah bodoh malah menjadi bodoh beneran. Ini sebuah rangkaian besar yang dibangun cukup lama, dengan hoax, kekerasan media sosial, dan segala jenis fitnah ke mana-mana. Ini sebuah cara saja sebenarnya dan mereka malah memilih jalan pintas ini dan kalah hancur yang konsekuensi pilihan atas itu.
Kegigihan point pertama itu juga berimbas pada tidak mau kalah. Ngotot ke mana-mana, menuding semua curang, KPU, MK, Bawaslu tidak adil dan seterusnya. Ini karena ketidakmatangan dalam berpolitik saja. Awalnya adalah keunggulan justru jatuh pada ranah kelemahan yang akut. Jelas patut disayangkan.
Nahh politikus muda, seperti AHY, Sandi juga sebenarnya hati-hati di dalam bersikap dan mengambil pelajaran. Sikap gigih itu penting, namun jangan lupa banyak mendengarkan suara hati dan juga membuka kuping untuk mendengarkan. Jangan hanya mendengar, namun mendengarkan.
Membangun jaringan itu penting, menjalin relasi dan komunikasi untuk pemilih itu utama bagi seorang politikus, namun memilah dan memilih juga tidak kalah penting. Bagaimana bisa semua saja mau baik mau buruk, mau benar mau salah pokoknya jadi pemilih yang dijadikan rekan sejalan. Apa iya bisa demikian? Kan tidak, yang menjadi beban apalagi pelaku kejahatan ya lepaskan.
Sikap tanggung jawab dan membela rekan perlu juga dan penting. Lihat bagaimana mereka selama ini melepaskan begitu saja rekannya yang sudah terkena kasus hukum. Padahal awalnya sangat membela, malah menuding pemerintah sebagai pelaku. Ini juga karakter karena berulang.
Politikus muda, belajarlah dari kesalahan dan juga kebaikan Prabowo itu, jangan jatuh pada lubang yang sama, apalagi berulang. Pelajaran penting demi karir politik dan juga hidup bersama sebagai anak bangsa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H