Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penangkapan Lieus Sungkharisma Pembuktian Banyak Hal

20 Mei 2019   14:18 Diperbarui: 20 Mei 2019   14:49 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak, undang-undangnya sudah ada, karena selama ini banyak pejabat takut tidak terkenal, khawatir menyiptakan musuh, akhirnya dibiarkan demikian saja. Panen saat ini, pembangunan kharater terhambat. Kebebasan ditafsirkan berperilaku semaunya sendiri. Ingat kebebasan itu juga perlu menenggang kebebasan pihak lain.

Ketujuh, mereka tahu kog, memang bukan secara khusus LS, namun ada ES yang mengatakan ia sebagai pengacara kebal tidak bisa tersangka. Artinya ia tahu salah, merasa pengacara ia tidak bisa diajukan ke pengadilan. Pun Permadi, mengaku usia 80 dan menderita stroke, lha ketika berapi-api meminta orang berkelahi dan beraksi brutal kog lupa kalau sudah sepuh, dan menderita stroke? 

Kedelapan, kisah terulang dari Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Eggy Sudjana, Kivlan kemarin, akan dapat dipastikan LS ini akan sendirian saja. Bungkam seribu bahasa dan tidak lagi mau mengenal mereka, kubu BPN dan koalisi 02.

Kesembilan, para pemain politik yang tertangkap dan lari, kebanyakan bukan politikus. Mereka mau berpolitik harusnya tahu politik dengan baik, sehingga tidak terjerat hukum. Mengapa? Para pelaku politik yang dibela mati-matian bebas dan melenggang ke mana-mana, malah bisa juga menjadi pejabat publik.

Kesepuluh, politik itu seni, permainan, dan kadang juga hiburan. Mengapa harus demikian serius, tegang, dan malah menimbulkan perpecahan dan merugikan diri sendiri seperti  itu. Semua terjadi karena abai seni dalam berpolitik, termasuk seni berkelit.

Lihat  Adian Napitupullu dan Desmond J Mahesa. Mereka ada pada kubu yang berlawanan, rival besar, karena berangkat dari aktivis 98 yang sama, mereka dalam kondisi seperti ini bisa berpelukan dan makan bareng. Politik  yang berbeda dalam pandangan dan pilihan, namun bukan kemudian bak babi buta dan semua beda dan bahkan musuh. Politik itu permainan kata Desmond.

Kesebelas, potensi rusuh nanti saat pengumuman presiden terpilih, potensi kisruh makin kecil.  Mengapa? Provokasi dari para provokator ini tidak lagi segarang jika belum ditangani polisi. Bagaimana Kivlan Zen yang demikian ngotot bisa berubah usai diperiksa sekian jam. Pun Amien soal Ratna dulu pun jadi memuji-muji polisi.

Politik itu permainan, mengapa sampai melukai dan merusak? Santai saja dalam berpolitik, jaga diri dan rekan itu menjadi penting. Keren penegak hukum, jangan takut selama konstitusi menjadi landasan, apa kata pelanggar hukum, tidak lagi penting.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun