Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Titik Soeharto: Demokrasi Itu Keadilan dan Kejujuran, Pemilu dan Demokrasi Orba Lebih Baik

20 Mei 2019   09:00 Diperbarui: 20 Mei 2019   09:11 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal itu sangat demikian menakutkan dan mencekam bagi yang salah satu atau ada anggota  keluarganya pernah terindikasi OT. Kesan Pulau Buru yang demikian seram, bisa dibaca dalam karya Eyang Pram. Ke mana karya-karya beliau yang dibredel demikian saja, itukah keadilan dan kejujuran ala Madam Titik?

Ke mana selama ini ya Madam ini kog bisa merasa demokratis hebat, bapaknya paling merakyat dan membangun bangsa ini jauh lebih dari semua presiden yang ada. 2007 saja saya masuk Pontianak, 23 km dari sana jalanan masih tanah merah. Debu kalau musim kering dan lumpur kalau musim hujan, apakah itu pembangunan berkeadilan ala Soeharto yang dibanggakan.

Jika Madam Titiek mau sedikit saja melek, sedikit saja keluar dari sangkar emas, sedikit saja melongok dari jendela kungkungan kemewahannya, bukan hanya lima tahunan pemilu, akan tahu apa yang terjadi. Dua kali tawaran menghidupkan memori Orba dihajar habis oleh pemilih Indonesia.

Aburizal Bakrie di 2014 yang membuat brand enak zamanku to, tidak bisa menang pemilu. Dengan segala daya upaya dan ugal-ugalannya pemilu toh dihukum tidak bisa ikut pencalonan presiden, padahal iklan demikian masif dengan kepemilikan media. Suara juga cukup signifikan namun tidak laku. Artinya jelas apa.

Kini 2019 dengan rombongan anak manja mencoba dengan membua partai sendiri, toh tidak cukup membawa ke Senayan apalagi istana. Jelas artinya bahwa Orde Baru itu bukan kebanggaan bagi sebagian besar bangsa ini. Toh koalisi  yang mereka dukung pun tidak cukup kuat di dalam memberikan perlawanan pada incumben.

Titik hanya politikus karbitan. Mentah hanya mengandalkan uang dan nama besar almarhum bapaknya. Komentar dan tanggapannya pun jauh dari kapasitas dan kecerdasan level nasional. Keluar musiman lima tahun sekali dengan banyak pernyataan hanya memperlihatkan kualitasnya yang tidak mumpuni.

Mengancam presiden dan pemerintahan kini jelas malah menambahkan point negatif bagi keberadaannya di tengah percaturan positif yang makin jelas menuju kepada demokrasi yang lebih baik dan beradab. Mengatakan kecurangan namun tidak mau membuktikan. Menepikan lembaga hukum yang pasti, dan legitim. Apakah mau demokrasi ugal-ugalan atau kamuflase semata?

Terima kasih dan salam

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun