Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Malah Jadi Lucu, ke Mana Garangnya Eggy Sudjana?

15 Mei 2019   19:03 Diperbarui: 15 Mei 2019   19:06 1911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke Mana Garangnya Eggy Sudjana?

Tiga hingga empat hal cukup lucu ditampilkan Eggy Sudjana dalam menghadapi kasus hukumnya. Dulu, serasa orang yang hebat, tidak ada hukum yang mampu menjeratnya, sehingga apapun ia katankan dan nyatakan aman-aman saja. Menghina dogma agama lain toh melaju bebas begitu saja, apalagi oleh pihak yang "berselisih" dianggap tidak selevel dan tidak diurus lagi.

Kini urusan menjadi panjang, wajah kuyu dan lesu tampil di media, beda dengan ketika meledek Trinitas, mengolok-olok orang dan pihak lain dengan gagah kini hilang. Ternyata hanya segitu, garang saat merasa aman. Ketika ditegasi ngeper juga.

Kelucuan itu adalah;

Pertama, ketika meminta Jokowi untuk melakukan intervensi dengan memerintahkan polisi untuk tidak menahannya. Ia mengatakan presiden boleh intervensi karena pemerintah. Lucu dan aneh ketika seorang pengacara mengatakan hal itu dan demi kepentingan pribadinya. Padahal sepele, ia mengatakan sesuatu dan itu dimintai pertanggungjawaban. Sesederhana itu.

Konteks yang sama juga ia mengatakan politisi tidak profesional, moderen, dan tepercaya, malah melakukan kriminalisasi. Aneh dan lucu hanya karena menahan satu tersangka dan buktinya ada, langsung reputasi polisi demikian buruk. Jelas polisi melakukan kriminalisasi jika Eggy tidak melakukan apa-apa, baik-baik saja, sedang menjadi pengacara yang tidak mengeluarkan pernyataan yang bisa dituduh makar namanya kriminalisasi. Contohnya, polisi menangkap Hotma Paris yang sedang wawancara dengan artis misalnya. Jelas kriminalisasi kalau itu, dan tidak promoter.

Terlalu jauh dan mengada-ada, apalagi sampai menjebak presiden untuk mempermalukan diri sendiri demi membela tersangka kriminal. Aneh dan lucu.

Kedua, mengaku sebagai advokat sehingga tidak bisa dipidana.  Ini sangat menggelikan, memangnya hanya seorang Eggy yang menjadi tersangka? Ada OC Kaligis, ada Si Drama Bakpao, Frederic Yunadi, mereka juga pengacara, mereka malah ada yang sedang membela kasus, namun merekayasa kasus, sehingga di pidana bahkan.

Apakah Eggy tidak tahu kekebalannya itu terkait dengan hal yang sangat spesifik dan di luar  makar? Pasti tahu, hanya sarana untuk mengela dari tanggung jawab semata. Malah aneh dan lucu sebenarnya kalau tidak tahu, perlu dipertanyakan ijazah dan izin pengacaranya.

Kembali malah mau mempermainkan penegakan hukum. Seharusnya ada penambahan pasal dan tuntutan karena mempersulit persidangan. Dan nampaknya hal demikian biasanya terabaikan dalam peradilan kita.

Ketiga, berkaitan dengan istilah people power, kini menyeret Jokowi di 2014 yang ia nyatakan ada dalam buku. Konteksnya kog berbeda pastinya. Mosok pengacara tidak tahu namanya konteks kog sangat mustahil dan tidak mungkin. Hanya upaya tidak mau mempertanggungjawaban apa yang ia buat.

Kebiasaan tabiat elit negeri  ini, ketika tersandung masalah, melebar untuk menyeret pihak lain dilibat-libatkan. Padahal jika yang dilibatkan tidak terima bisa menjadi kasus hukum baru. Ini juga nampaknya perlu menjadi perhatian dan bisa menambah ancaman hukuman yang bisa ia terima. Ini serius jangan dianggap sebagai hal yang sepele, ingat bertanggung jawab apa yang ia nyatakan dan katakan.

Keempat, ini berkaitan dengan koalisi dan BPN. Mosok lagi-lagi Eggy gagap melihat reputasi rekan-rekannya ini. Bagaimana mereka kini seolah melihat Eggy pengidap kusta yang harus dihindari. Mereka mengatakan tidak setuju adanya people power. Apa Eggy lupa kisah Ratna Sarumpaet, kisah Ahmad Dhani, mana mereka diingat. Malah mengatakan tidak kenal kog.

Sangat wajar ketika Eggy dan pengacaranya meradang, jangan mempersulit kalau tidak mau membantu. Iyalah, kondisi terjepit juga BPN. Ingat ketika biasa bermain politik kepiting, posisi lemahmu akan dimanfaatkan untuk menaikkan potensi keuntungan dan keamanan sendiri. Baru tahu ya rasanya tidak dianggap?

Pernyataan BPN tidak setuju pengerahan massa, jelas mau mengatakan itu adalah aksi Eggy sendiri yang biar ditanggung sendiri. BPN tidak terlibat di sana. Kalau boleh pinjam istilah Mas Tukul adalah puas....puas...puas....

Perseteruan itu pun tidak berhenti di sana, bagaimana ia mengatakan seret Amien Rais, usai membawa-bawa Jokowi gagal, kini Amien Rais. Memang benar Amien  Rais yang lebih dulu mengatakan hal itu. Sudah sejak akhir Maret Amien mengatakan itu. Dan  Amien dengan segera melakukan akrobat, bukan lagi people power, namun menjadi kedaulatan rakyat.

Kelucuan-kelucuan itu hanya mau memperlihatkan, bahwa sikap bertanggung jawab masih jauh dari kebiasaan elit bangsa ini. nanti marah kalau diperbandingkan dengan Ahok-BTP. Atau malah kalah  dengan pelaku-pelaku yang bukan elit nasional. Dengan maling ayam saja kalah ksatria. Mana ada maling ayam menyeret-nyeret pihak lain?

Kebiasaan, tabiat, dan perilaku seenaknya sendiri para elit perlu mulai dihentikan. Penegakan hukum dengan segala risikonya harus dipilih, dan kinilah momentumnya. Kriminalisasi itu ketika bukti diada-adakan, nyatakan bukti ada, peradilan, praperadilan hingga PK berkali-kali pun dilakukan.

Sikap munafik yang sangat jelas, demi keuntungan sendiri mengingkari apa yang dikatakan dan dinyatakan. Bagaimana bisa mempermalukan presiden ketika di luar, terdesak mengemis pada orang yang sama. Mengatakan polisi tidak profesional hanya karena keinginannya tidak dipenuhi.

Perilaku dan kebiasaan mencari kambing hitam dan menyeret pihak lain sebagai  upaya menyelamatkan diri, mirip kepiting dalam mengusahakan keselamatannya.  Menendang, menginjak, menyapit seolah biasa saja.

Saatnya revolusi mental ditegakkan, budaya adiluhung, digalakkan. Mau bertanggung jawab bukan model tinggal glanggang colong playu. Mengaku agamis, namun jauh dari tuntunan dan tuntutan agama.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun