Kebiasaan tabiat elit negeri  ini, ketika tersandung masalah, melebar untuk menyeret pihak lain dilibat-libatkan. Padahal jika yang dilibatkan tidak terima bisa menjadi kasus hukum baru. Ini juga nampaknya perlu menjadi perhatian dan bisa menambah ancaman hukuman yang bisa ia terima. Ini serius jangan dianggap sebagai hal yang sepele, ingat bertanggung jawab apa yang ia nyatakan dan katakan.
Keempat, ini berkaitan dengan koalisi dan BPN. Mosok lagi-lagi Eggy gagap melihat reputasi rekan-rekannya ini. Bagaimana mereka kini seolah melihat Eggy pengidap kusta yang harus dihindari. Mereka mengatakan tidak setuju adanya people power. Apa Eggy lupa kisah Ratna Sarumpaet, kisah Ahmad Dhani, mana mereka diingat. Malah mengatakan tidak kenal kog.
Sangat wajar ketika Eggy dan pengacaranya meradang, jangan mempersulit kalau tidak mau membantu. Iyalah, kondisi terjepit juga BPN. Ingat ketika biasa bermain politik kepiting, posisi lemahmu akan dimanfaatkan untuk menaikkan potensi keuntungan dan keamanan sendiri. Baru tahu ya rasanya tidak dianggap?
Pernyataan BPN tidak setuju pengerahan massa, jelas mau mengatakan itu adalah aksi Eggy sendiri yang biar ditanggung sendiri. BPN tidak terlibat di sana. Kalau boleh pinjam istilah Mas Tukul adalah puas....puas...puas....
Perseteruan itu pun tidak berhenti di sana, bagaimana ia mengatakan seret Amien Rais, usai membawa-bawa Jokowi gagal, kini Amien Rais. Memang benar Amien  Rais yang lebih dulu mengatakan hal itu. Sudah sejak akhir Maret Amien mengatakan itu. Dan  Amien dengan segera melakukan akrobat, bukan lagi people power, namun menjadi kedaulatan rakyat.
Kelucuan-kelucuan itu hanya mau memperlihatkan, bahwa sikap bertanggung jawab masih jauh dari kebiasaan elit bangsa ini. nanti marah kalau diperbandingkan dengan Ahok-BTP. Atau malah kalah  dengan pelaku-pelaku yang bukan elit nasional. Dengan maling ayam saja kalah ksatria. Mana ada maling ayam menyeret-nyeret pihak lain?
Kebiasaan, tabiat, dan perilaku seenaknya sendiri para elit perlu mulai dihentikan. Penegakan hukum dengan segala risikonya harus dipilih, dan kinilah momentumnya. Kriminalisasi itu ketika bukti diada-adakan, nyatakan bukti ada, peradilan, praperadilan hingga PK berkali-kali pun dilakukan.
Sikap munafik yang sangat jelas, demi keuntungan sendiri mengingkari apa yang dikatakan dan dinyatakan. Bagaimana bisa mempermalukan presiden ketika di luar, terdesak mengemis pada orang yang sama. Mengatakan polisi tidak profesional hanya karena keinginannya tidak dipenuhi.
Perilaku dan kebiasaan mencari kambing hitam dan menyeret pihak lain sebagai  upaya menyelamatkan diri, mirip kepiting dalam mengusahakan keselamatannya.  Menendang, menginjak, menyapit seolah biasa saja.
Saatnya revolusi mental ditegakkan, budaya adiluhung, digalakkan. Mau bertanggung jawab bukan model tinggal glanggang colong playu. Mengaku agamis, namun jauh dari tuntunan dan tuntutan agama.
Terima kasih dan salam