Apa yang dinyatakan Puyuono jelas bentuk kegeraman banyak pihak juga, karena posisi kritis malah membuat ulah dan manufer yang membuat jengkel. Sama juga pusing mikir utang jatuh tempo eh si istri merengek dibelikan kreditan panci baru yang dipromosikan. Siapa gak ngamuk?
Andi Arief vs koalisi
Andi Arief sebagai pengganti Ruhut memang belum sepadan. Mulut Ruhut itu nylekit tetapi dibungkus dengan lelucon, AA ini malah membuat gerah dan panas suasana. Â Tudingan setan gundul ini malah berbalas ke mana-mana. PKS ikut menyatakan bahwa data 63% ternyata dari pihak Demokrat. Yang dibantah itu adalah prosentase kader mereka yang ingin bersama Prabowo.
Jauh sebelum itu tudingan bahwa Sandi memainkan kardus dan menuding SBY jenderal kardus. Perselisihan yang tanpa upaya penyelesaian, hingga usai pemilihan, potensi hilang dari kebersamaan sangat besar.
Ferdinand vs koalisi
Ferdinan ini memang politikus entah barantah, yang tiba-tiba tenar dengan gaya ugal-ugalannya. Mudah memang membangun citra dengan dunia medsos kontroversial, prestasi sih memang belum terdengar. Entah SBY tidak juga mendepak, minimal menghentikan polah aneh dan ugal-ugalan partai santun ini.
Menyatakan Demokrat bebas usai Prabowo kalah, jelas ungkapan kurang ajar yang kelewatan di dalam kebersamaan. Sah-sah saja memang dalam politik, namun tentu tidak dalam konteks sevulgar itu pula. Masih berlu belajar diplomatis dalam berpolitik.
Kivlan Zen vs SBY
Ini masalah pribadi, sakit hati, dan tidak tahu diri. Namun ketika menyatakan ini dan itu, padahal militer tetap saja meskipun senior, bintang menentukan. Apalagi menyatakan pada presiden. Sangat tidak elok. Pengulangan apa yang dikatakan Agum Gumelar sejatinya, namun tentu beda kelas, konteks, dan politis, jadi tidak separah apa yang dinyatakan AG.
Namun satu yang jelas dan pasti bahwa itu menunjukkan soliditas koalisi yang memang sejak awal rapuh dan ringkih, apalagi banyak pribadinya yang tidak taat azas dan kebersamaan. Unggah-ungguh dan sopan santun dalam politik yang diabaikan. Pada siapa bersikap dan berpendapat itu juga penting kog. Jangan lupakan ranah kepantasan dan etika juga.
Kini, banyak sas sus yang mengatakan SBY enggan ada militer yang bisa menjadi presiden, sangat mungkin juga. Kebanggaan pribadi karena sekian angkatan atau bahkan sepanjang sejarah AMN-AKABRI-AAD, satu-satunya yang menjadi presiden. Hal lumrah ada dugaan demikian.