Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Meja Makan ala Jokowi, Menghadapi PKL dan Prabowo

27 April 2019   09:53 Diperbarui: 27 April 2019   10:14 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi juga ada berita mengenai kader Golkar merapat ke Singapura. Dalih bezuk Ibu Ani yang sakit, sangat sahih, toh politik sah-sah saja melihatnya dengan kaca mata rekonsiliasi nasional usai pilpres. Sangat mungkin.

Said Iqbal yang ikut hadir dalam pertemuan di istana, itu lagi-lagi acara yang normatif, natural, hanya kebetulan ada orang yang berseberangan dan harus bertemu. Lagi-lagi kaca mata politik boleh saja berbeda dan lain dalam memberikan makna.

Komentar dan pilihan Sandiaga Uno cukup perlu mendapatkan perhatian dalam beberapa kesempatan dan pilihannya. Ia menyatakan sutuju adanya pertemuan antara Prabowo dan Jokowi. Itu untuk kebersamaan bangsa dan negara ini. Meredakan  tedangan dan menyejukan suasana, dan itu baik.

Sandi juga melihat dengan kaca mata lain soal menunggu rekapitulasi KPU hitung manual, dibandingkan rekannya yang masing ngotot kalau KPU curang dan mereka menang. Sikap berbeda dan lain dengan yang ada dalam koalisinya.

Kader Gerindra Pius pun menyatakan yang sama. Artinya para pengusug utama pun memiliki pandangan yang berbeda. Posisi klaim itu makin lemah.

PKS jelas mengambil sikap aman dengan lebih mempertahankan suara pileg mereka yang naik lumayan besar. Mereka lebih memilih Senayan dari pada ngotot soal pilpres yang toh mereka paham jelas susah diakui kalau mereka menang, apalagi sampai 80% segala.

Melihat pergerakan suara dan dukungan, kog ada kecenderungan rekonsiliasi akan terjadi dengan sangat baik. Diplomasi tidak terduga ala Jokowi akan terjadi dan berlangsung lagi. Sikapnya yang panjang sabar membedakan dengan banyak pihak yang memilih cepat namun sering malah salah secara mendasar.

Panas memang harus dihadapi dengen tenang dan sabar. Sama-sama panas malah membuat keadaan lebih buruk. Pilihan bijak dan pas untuk kebaikan bangsa dan negara.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun