Menyalahkan KPU dan Bawaslu, padahal mereka produk politik, DPR, yang semua partai terlibat di sana, soal ternyata ada afiliasi parpol itu kasus lain, yang jelas bahwa itu produk DPR bukan pemerintah. Susah melihat pemerintah bisa meminta kedua lembaga independen itu untuk melakukan kecurangan demi keuntungan kubu 01 yang sedang memerintah.
Ucapan selamat dari luar negeri, itu jelas kredibilitas pemerintah, negara, dan harkat bangsa jika sampai salah. Dan nyatanya lebih dari dua puluh kepala negara dan pemerintah yang telah mengucapkan selamat. Mosok mereka juga dibayar jika berbicara lembaga survey telah dibayar. Coba kalau negara sahabat dilukai seperti itu, bagaimana jika benar mereka menang?
Melaporkan kepada pihak kepolisian lembaga survey resmi, mereka telah mendapatkan reputasi sekian lama, dan legalitas oleh otoritas yang berwenang, dituding menyebarkan kebohongan, dibayar pihak lain, dan mereka percaya lembaga sendiri, yang tidak terdaftar dan juga rekam jejaknya tidak terdengar selama ini.
Apa yang disajikan jelas lemah, apa yang mereka tampilkan itu klaim sangat lemah dasarnya, sehingga malah saling menegasi apa yang dinyatakan oleh satu dan pihak lainnya. Apa  yang mereka lakukan selama menjadi oposisi dan selama masa kampanye itu nol besar.
Fokus hanya mengejar kursi dan kegagalan Jokowi bukan soal membangun narasi positif untuk meyakinkan pemilih. Pemilih mereka dulu kisaran 46,85%-an, artinya tidak jauh-jauh amat, dengan rentang kisaran 8%, dengan rival yang harusnya diprediksi sama, sebenarnya bisa lah meyakinkan yang kisaran delapan persen itu.
Karena narasinya malah seolah memberikan pemberitaan pada sosok Jokowi dengan yang itu-itu saja, orang malah jadi simpati dan memilih Jokowi. Jangan salahkan KPU dan pemerintah. Apa yang digaungkan selalu saja Jokowi kog.
Ide dan gagasan baru lemah semua. Menafikan justru keberhasilan dan itu adalah  pujian dari luar negeri, jelas itu sangat positif, namun malah diserang, dan dijadikan senjata yang lagi-lagi bumerang.
Apa yang ditampilkan selama ini di luar kendali dan koordinasi, malah memperlemah dan menguak kekurangan dan kekeliruan satu sama lain. Ide dan kreatifitas luar biasa banyak dan keren, namun malah parah dan memperlemah.
Jangan katakan intelijen atau penyusup yang merusak, karena memang perilaku ugal-ugalan sendiri yang membuat jerat dan blunder tiada henti. Lebih baik kembali fokus lima tahun mendatang dengan narasi berbeda, cerdas, dan baru. Jangan usang dan mengulang yang sudah ada, antisipasinya gampang banget.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H