Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

PKS Balas Dendam pada Capres 02 dalam Kampanye di GBK?

8 April 2019   22:31 Diperbarui: 9 April 2019   04:50 6514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PKS Balas Dendam pada Capres 02 dalam Kampanye di GBK?

Kemarin,  dengan dihadiri "25 juta" massa kampanye, sekaligus jemaah sholat subuh, koalisi 02 mengadakan ibadah sekaligus kampanye. Seolah bagus dengan begitu banyak yang hadir, mau memberikan gambaran bahwa mereka memang besar, menarik, dan juga menjanjikan.

Sah dan boleh-boleh saja, tidak ada yang salah, bahwa show of force itu juga penting dan bagian dari strategi menjanjikan, membesarkan kader yang nglokro, dan siapa tahu pihak lawan keder juga. Mencoba menarik massa mengambang, siapa tahu tergoda karena terkesima dengan aksi itu.

Patut dicermati apa yang dikatakan SBY, jelas bahwa itu ada indikasi jika tidak laik karena beberapa hal. Itu juga sah-sah saja dilakukan oleh Demokrat. Jangan dilupakan Demokrat turut terlibat juga sebenarnya, karena peringatannya toh sudah menjelang pelaksanaan.

Unsur agar mendapatkan perhatian di dalam pileg mendatang, realistis saja tidak ada dampak apapun bagi mereka, jika berbicara pilihan presiden tentunya. Peringatan itu tidak ada dampak apapun atas kegiatan di GBK. Sama sekali bukan peringatan yang sangat mendasar bagi aktivitas perpolitikan itu.

Ada tiga kubu besar parpol yang ada di dalam aktifitas kemarin itu.  Demokrat pada sisi satu, PAN-Gerindra pada sisi dua, dan PKS pada sisi lainnya. Mereka dengan kepentingan masing-masing. Dan itu penting dan wajar bagi partai politik masing-masing.

PAN jelas tidak memiliki kepentingan besar yang bisa mereka buat lagi, jadi seolah apapun dilakukan Gerindra ya sudah ikut saja. Ke surga ikut ke neraka katut, begitulah kira-kira. Mereka tidak memiliki harapan apapun, seolah hidup segan matipun enggan. Lihat selama ini, apa yang mereka buat dan lakukan.

Isu soal kardus nampaknya makin kentara tanpa proses Bawaslu dan kepolisian sekalipun. Pilihan mereka memberikan jawaban secara tidak langsung bahwa itu ada indikasi kebenaran di sana.

Gerindra jelas hanya kursi kekuasaan dan Prabowo presiden harga mati. Tidak heran langkah mereka hampir lima tahun yang begitu-begitu saja. Menyerang bak babi buta, bukan apa-apa yang mereka lakukan. Asal saja menyerang dan menafikan pekerjaan baik besar apalagi kecil dari pemerintah.

Pilihan cemar asal tenar seolah menjadi jargon kampanye dan perilaku mereka selama ini. Miris dan  memilukan sebenarnya.

Demokrat ya jelas, bagaimana mereka hanya berbicara soal kepentingan pileg dan mengharapkan pemilih bagi kepentingan mereka. Soal pilpres bukan menjadi hal yang penting dan utama di sana. Selengkapnya bisa disimak dalam link berikut.

PKS. Ini cukup menarik. Bagimana reputasi mereka selama ini. Duri dalam daging selama pemerintahan SBY, mendapatkan jatah menteri tapi garang dan seenaknya melakukan manufer. Sangat pantas jika dalam kerja sama ini Demokrat setengah hati.

Pasangan paling setia Gerindra ini paling perih, pedih, dan ngilu karena pilihan dari waktu ke waktu selalu meninggalkan mereka sendirian di dalam mendapatkan jabatan. Mulai pilpres 2014, pilkada DKI Jakarta 2017, hingga pilpres 2019.  Tiga pemilihan strategis dan menjanjikan. Tersingkir dari puncak kontestasi.

Mengharap DKI-02 pun makin merana. Seolah dibuat-buat sehingga tidak jelas juntrungannya itu. Alasan yang cenderung dibuat-buat. Jika berbicara partai pengusung, dulu kala Jokowi dan Ahok toh bisa cepat teratasi, ada Gerindra di sana, artinya PKS dan Gerindra susah untuk bisa berjalan dengan semestinya.

Pola kampanye menggunakan ibadah, jika berbicara paling paham soal ibadah, tentu tidak berlebihan jika yang paling menguasai itu PKS. Partai lain bisa menjadi pengikut yang hanya ikut arahan dari partai berbasis agama dan paling sering menggunakan agama di dalam pembicaraan, peristilahan, dan kinerja mereka.

Cukup menarik, ketika beberapa indikasi ini seolah menunjukkan kekacauan dan kerugian bagi koalisi 02 lebih besar. Tentu bukan berbicara soal benar atau tidaknya sholat, bukan kapasitas saya, dan juga bukan ulasan ini, namun itu menjadi sebuah contoh dan fakta di sana.

Dominasi panggung, elit PKS jauh lebih dominan dari pada elit partai lain. Hal yang bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Hasjim jika menang dan berbagi kursi, PKS mendapatkan enam dan PAN adalah tujuh, di panggung hal yang berbeda. Ke mana elit partai lain? Jelas  Demokrat berbeda jalan. PAN dan Gerindra tidak cukup banyak.

Jawaban Hidayat Nur Wahid yang berkomentar soal sholat saf-nya camur sangat sumir, ketika ia tidak tahu karena di depan, tidak melihat itu. seharusnya ikuti petunjuk panitia, atau kesulitan mencari karena kawasan yang luas. Sama sekali tidak menyentuh esensi dari persoalan, cenderung ngeles.

Bandingkan dengan pernyataan MUI yang menyatakan itu sah dengan berbagai dalil dan pertimbangan. Tidak saya kutip dari pernyataan itu dari pada salah maksud bisa berabe dan bukan juga inti ulasan ini. Namun bisa memahami keputusan dan simpulan sah dengan dasar-dasar yang jauh lebih masuk akal dari pada yang dinyatakan NHW.

NU memberikan penjelasan berbeda dengan dasar yang masuk akal juga dan itu bagi saya juga sah-sah saja sebagai sebuah pernyataan dengan dasar yang baik dan benar. Lagi-lagi bukan kapasitas saya untuk melihat dan menilai itu benar atau salah, hanya sekadar bahwa jawabannya jauh lebih memadai dari pada elit yang seharusnya tahu lapangan, bukan melemparkan tanggung jawab semata.

Dampak yang ada dari sikap PKS yang seolah nggampangke ini, padahal mereka menempatkan wakil dominan di panggung, apa iya di lapangan mereka tidak peduli, padahal jelas bahwa akan ada sholat, mungkin akan berbeda jika itu adalah pengajian akbar.

Mungkin berlebihan jika dikatakan itu adalah cara PKS merusak citra koalisi 02, karena toh selama ini mereka rekan paling setia Gerindra dan pasangan capres dan cawapres ini. bandingkan PAN yang banyak deklarasi, atau Demokrat yang membebaskan kadernya mendukung siapa saja. Gerindra pun di daerah, caalegnya jelas-jelas membangkang, namun PKS belum terdengar.

Upaya jelas memberikan simbol, tanda, signal, soal DKI-02 jangan main-main, PKS bisa membuat keadaan makin runyam dengan cara sendiri. Secara terbuka dan terang-terangan mereka jelas tidak akan rela dan berani, ingat soal DKI-02 itu harapan terakhir. Menteri bagi mereka makin jauh.

Membuat "kekacauan" kecil seolah biasa saja, jangan salah, ini dampaknya besar. Jangan kaget jika PKS nekat dan membuat ulah makin besar dan bisa sangat merugikan koalisi. Hal yang harusnya menjadi perhatian untuk koalisi bahwa di dalam membangun kerjasama itu tidak sekadar kepentingan sendiri, ingat ada pendukung lain yang juga perlu diingat perlu diakomodasikan.

Waktu makin singkat, nasi telah menjadi bubur, tanda makin jelas ke mana muaranya? Jelas kerusakan kecil-kecil yang bisa sangat berpotensi untuk nenenggelamkan kapal besar koalisi ini.

Sejak awal banyak persoalan yang tidak diselesaikan dengan baik, konsentrasi mengulik kelemahan lawan, menjadi bumerang. Bobol pertahanan paling mendasar  bagi kerjasama politik ini.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun