Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Holojo dan "Mainan" Prabowo yang Diambil Jokowi

7 April 2019   07:14 Diperbarui: 7 April 2019   07:34 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Holojo dan Mainan Prabowo yang Diambil Jokowi

Akhir-akhir ini kampanye koalisi 01 makin kreatif, salah satunya dengan sarana hologram. Menampilkan capaian dan rencana Jokowi ke depan. Dengan truk yang bisa sangat mobile, dan menjangkau banyak tempat, mudah dioperasikan. "Kedatangan" Jokowi sangat membantu.

Jadi teringat, bahwa hal milineal, sangat modern, merasa paling melek teknologi adalah 02, namun apa yang ditampilkan selama ini malah hanya itu-itu saja. Klaim ini dan itu, kampanye yang dibesar-besarkan, dan kemudian maah-marah.

Ada beberapa hal yang cukup menarik, tampilan Prabowo dan kawan-kawan selama ini, seperti anak-anak yang mainannya terenggut. Beberapa "mainan" itu justru malah ada di tangan Jokowi.

Soal identitas dan keagamaan yang jauh-jauh hari sudah lekat dengan kebersamaan mereka, sebelum koalisi terbentuk. Ada dikotomi partai allah dan partai setan, jauh sebelum ada koalisi sah dan memang akan mengajukan nama pasti sebagai pasangan dalam pilpres.

Eh tiba-tiba malah Jokowi bersama parpol pengusung memilih KH Maruf Amin, jelas mainan pertama paling menjual sudah hilang. Ada dua keuntungan dengan mereka akan mengandeng ulama, jelas mendiskreditkan Jokowi antiislam dan antiulama mudah ditebarkan. Kedua pasti suara  Muslim akan tertarik berpihak kepada mereka.

Ada sebuah ajakan untuk minimal bisa mengaji dari sebuah komunitas di Aceh. Jelas saja kelabakan. Sebenarnya hal yang tidak perlu terjadi, ketika tidak pernah menggunakan sentimen agama dalam berpolitik. Jokowi menanggapi dengan santai dan siap, karena memang bisa mengaji. Jelas tidak akan sefasih kyai, ulama, ustad, atau qori, namun tetap bisa.

Mengaku paling jago bahasa Inggris, mereka berinisiatif menantang debat dalam bahasa Inggris. Gegap gempita merendahkan. Eh malah mati kutu hanya soal unicorn. Mengapa? Karena capresnya  offdate, yang kemudian mau dinarasikan adalah pelafalan Jokowi yang buruk. Mainan yang menjadi andalan malah lagi-lagi terpatahkan.

Membuat ulah kalau Ratna Sarumpaet adalah manula korban kekerasan rezim keji. Dan malah terbukti kalau itu adalah kebohongan dari oplas yang diolah sebagai penganiayaan. Lagi-lagi mainan itu menjadi milik Jokowi yang asalnya adalah mainan mereka.

Merasa milenial ada pada pihak mereka, karena Sandi, ada pula AHY yang masih muda, kekinian, dan juga suka olah raga gambaran anak muda. Eh malah kena dilan ala Jokowi. Ungkapan dilan yang sangat muda dan pas dengan apa yang menjadi narasi, ini jelas sebuah kemenangan panggung yang tidak kecil.

Memainkan isu membeli Indosat kembali, lha malah KHMA mengatakan sedang membangun tol langit. Posisi kalah langkah dan kalah sigap di dalam merespons isu dan kepentingan. Jauh lebih keren dan beberapa langkah di depan.

Memutihkan TPS dan lagi-lagi malah sudah dinyatakan dulu oleh kubu 01. Apa yang mau direncanakan sudah dieksekusi terlebih dahulu oleh pihak Jokowi-KHMA. Maksudnya mau memerikan klaim bahwa mereka saleh, suci, dan agamis, tetap kalah langkah dan sudah terambil alih.

Keluhan tuduhan membela HTI oleh Prabowo, dijawab singkat oleh  Jokowi bahwa ia dituduh PKI sekian lama. Maunya curhat eh malah kena jawaban yang nyesek. Mereka biasa memainkan tidak siap ketika mendapatkan tantangan yang sama.

Kriminalisasi dan politisasi hukum menjadi mainan mereka, jauh sebelum kampanye, hingga hari ini, setiap upaya penegakan hukum atas perilaku jahat, kriminal, dan pelanggaran hukum akan dibawa pada tudingan kriminalisasi, pemerintah antikritik, pemerintah kejam, namun begitu masuk persidangan narasi itu hilang bak ditelan bumi.

Khas dan berkali ulang, bukan sekali dua kali, namun berkali-kali. Bisa disebutkan, Ratna Sarumpaet, Ahmad dhani, Buni Yani, Bahas Smith, Dahnil Simanjuntak, dan seterusnya-seterusnya. Belum lagi yang kelas biasa dan menebarkan kampanye hitam.

Aksi selanjutnya adalah, bukan kader kami, kami tidak kenal, itu level akar rumput, kalau elit akan dijawab itu pendapat pribadi, sudah bukan bagian badan pemenangan kami. Pola khas main-main bukan serius.

Apa yang mau mereka mainkan sebagai kriminalisasi sudah teramputasi bahwa sah ada bukti-bukti di sana. Lari dengan meninggalkan pelaku sebagai korban sendirian. Lagi-lagi khas anak-anak.

Mereka yang mewacanakan dan merencanakan, namun malah pihak Jokowi yang melaksanakan dan mengeksekusi. Berkali-kali bahkan lho. Cukup cerdik memainkan politik rebut mainan ini.

Indikasi apa yang bisa dibaca ketika itu adalah mainan mereka namun terambil alih oleh pihak rival?

Mereka akan beramai-ramai menuduh bahwa pihak Jokowi curang, memainkan isu perpecahan, dan sejenisnya. Lihat dalam pemutihan TPS, bagaimana narasi yang ada bahwa katanya Jokowi membelah bangsa, azas demokrasi dicederai. Identik juga dengan pemilihan cawapres.

Tim atau badan pemenangan nasional ramai-ramai membantah, meluruskan, dan kadang mengulik kesalahan pihak lain, yang kadang malah menjadi fitnah dan berujung pada proses hukum. Pola yang sama terus menerus.

Emosional, marah-marah, dan itu bukan alasan yang cukup mendasar sebagai pemicu kemarahan. Artinya bahwa mereka merasa terancam, ada hal yang tidak mereka kuasai, dan diluapkan dengan kemarahan, kekerasan, dan perilaku lucu dan aneh lainnya. Miris ketika caci maki dan kekerasal fisik dan verbal menjadi dominan.

Nah apakah pola politik seperti itu yang mau dipilih, ketika mereka hanya membuat antitesis, memberikan tambahan nama, atau mengubah nama tanpa ada esensi baru yang mau dibangun. Jelas bukan.

Pilihan makin jelas, Jokowi sekali lagi. Jokowi-KHMA pilihan realistis ke depan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun