Cinta Terlarang, antara Memori Kandang Kambing dan Rahasia Kamar Pengakuan
Menjelang Paskah begini, kami sangat sibuk dengan aktivitas pengakuan dosa. Sore ini adalah kali pertama di pusat paroki untuk pengakuan. Aku terbiasa memejamkan mata untuk tidak tahu dengan pasti siapa yang mengaku dosa, biar lebih obyektif dan tidak melibatkan pengenalan diriku atas umat.
Aku merasakan ada perempuan masuk ke kamar pengakuan, meski ini kisaran 100 an yang sudah mengakukan dosa, dengan terpejam, toh aku masih paham bahwa ini pasti perempuan. Parfumnya jelas seorang perempuan muda. Aku membuat tanda salib dan mempersilakan ia mengakukan dosanya.
"Rama, saya mengakukan dosa satau empat bulan lalu menjelang Natal, dosa saya adalah saya begitu marah dan sakit hati atas perilaku mantan suami saya yang lari dengan perempuan lain. saya tahu pernikahan Gereja tidak bisa diceraikan.......
Aku mulai hilang konsentrasi dan mataku menggoda untuk terbuka, seolah saya tahu siapa perempuan ini, dari suara dan model tangisannya....
Entah mengapa, aku malah melayang ke mana ke sudut novisiat*, ketika siang itu aku opera dan membersikan kandang kambing.
"Rama, akhirnya saya mohon nasihat, pengampunan, dan penitensi yang berguna bagi saya....
"Baik Ibu, Â tentu sangat berat bahwa Ibu menghadapi itu......"
Aku sudah tidak tahu lagi apa yang aku katakan, hanya mengalir begitu saja hanya seolah formalitas.
"Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus"
"Amin"