Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ngilunya PKS, Lagi-lagi Dibohongi Koalisinya, Usai Kardus Kini Kursi

2 April 2019   10:22 Diperbarui: 2 April 2019   10:31 3406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngilunya PKS Lagi-lagi Dibohongi Gerindra dan PAN, Usai Kardus Kini Kursi Kabinet

Debat kemarin jelas tidak membawa aroma keyakinan tinggi bagi koalisi 02. Hingga kini masih kuat olok-olokan soal penampilan yang mengecewakan. Emosional, miskin atau ngawur data, dan juga jelas soal esensi apa yang dikemukakan, jauh dari ekspektasi tim pemenangan.

Ideologi, jelas tidak menampilkan bagaimana ide, gagasan, dan wacana untuk tetap sebagi negara Pancasila dan NKRI. Lingkaran utama penuh dengan kelompok intoleran susah ijawab hanya karena dikandung oleh ibu beragama lain. Apa kaitannya mengandung dan ideologi negara coba.

Keamanan, juga bagaimana ia merendahkan TNI dengan serendah-rendahnya, bayangkan saja bagaimana kualitas lembaga yang telah ia jadikan pijakan karir malah tidak ia yakini kualifikasinya. Belum lagi isu-isu lainnya yang tidak mampu ia perhatikan.

Hubungan internasional  pun demikian. Pesimis yang  ia lihat, bagaimana bisa memajukan bangsa dan negara bisa dijadikan pemimpin ke depan dengan tantangan lebih kompleks, bukan semata omong kosong pesimisme. Susah dan miris melihat pemimpin kog demikian.

Usai itu, eh ada wacana bagibagi kabinet cukup menarik, apa yang dinyatatakan Hasjim Djoyohadikusumo, di mana PAN memperoleh alokasi tujuh kursi dna PKS hanya enam kursi. Mengapa dua partai yang disebut dan itu bisa diulas pada artikel lain. Fokus pada jatah bagi kedua partai ini.

Jika menggunakan proporsi kursi di DPR-RI ya wajar dengan asumsi dasarnya adalah perolehan suara pemilu yang lalu. Berandai-andai capaian pemilu kini, terlalu berat dan jauh. Sangat mungkin untuk menggaet soliditas partai pengusung, janji surga menteri tentu sangat menggiurkan.

Jika melihat proporsi ini, beberapa hal cukup menarik dilihat lebih jauh.

PAN mengapa lebih banyak dari PKS. Sekali lagi mengambil data pemilu lampau suara PAN, unggul kisaran 0.8% dengan kursi selisih sembilan buah. Jadi bisa dimaklumi jika demikian. sangat wajar dan normatif dengan berkaca pada capaian yang lalu.

Namun jika melihat sepak terjang, kinerja, dan kebersaman selama ini, jelas lagi-lagi PKS hanya pupuk bawang, penggembira di sana. Pilpres 2014 mereka disingkirkan oleh PAN juga. Mereka diam saja dan mungkin berharap banyak pada kesempatan lain.

PAN pun menyeberang ke pemerintahan di periode lalu. Gerindra bahu membahu bersama PKS dalam banyak ide dan gagasan.  Ke mana PAN? Jauh dan bukan menjadi bagian sahabat politik.

Pilkada DKI, memperlihatkan PKS lebih sahabat daripada PAN, dan itu juga seolah tidak dianggap oleh Gerindra. Ketika lagi-lagi mereka hanya menjadi penggembira, ada celah saat Sandi naik menjadi cawapres, toh belum juga hingga hari ini. Aneh-aneh saja yang dijadikan bahan untuk menolak. Jika rasional mungkin sangat bisa dimengerti, lha ini hal yang jelas dibuat-buat.

Pilpres 2019 pun upaya keras jauh lebih kelihatan PKS daripada PAN, dengan segala daya upaya mereka seperti merak yang menggoda Gerindra untuk diajak dalam gerbong utama. Apa daya kardus mengalahkan segalanya. Ada sembilan nama terekomendasi, dilirik pun tidak.

Taggar 2019 ganti presiden malah hanya menjadi bahan lawakan dan ledekan di mana-mana. Pun belum memberikan dampak serius bagi lirikan untuk yang namanya PKS.  Untuk level tim pemenangan pun mereka lagi-lagi hanya menjadi penonton setia. Ngilu berkali-kali.

Memaksakan dengan jalur ulama, mengindentikan dengan keagamaan dengan berbagai-bagai cara, pun sama sekali tidak ada perhatian cukup dari Prabowo dan Gerindra untuk sekadar melirik keberadaan PKS.

Memberikan sematan santri milenial, jelas upaya untuk bisa mendapatkan perhatian yang baik, toh sama saja, Jakarta tetap masih belum menjadi milik mereka. Tragis bukan lagi ngilu namanya.

Isu kardus itu memang berhenti begitu saja, namun melihat reputasi mereka kog makin samar terkonfirmasi memang demikian permainan mereka. Ketika PAN dan PKS konon menerima setengah trilyun, itu sangat mungkin separo-separo, mengapa ketika jabatan menteri malah tidak sama begini?

PAN diberi lebih juga karena soliditas mereka lebih rendah dibandingkan PKS. Sederhananya pola pemikiran koalisi 02 ya menyelesaikan anak badung diberi permen atau donat, anak baik didiamkan saja, toh masih ngarep DKI-2.

PKS harus berani bersikap tegas untuk mempertahankan pemilihnya, jangan salahkan kalau kader mulai bosan disakiti dan dikibuli terus oleh rekan koalisi. Jangan diam saja seolah partai kemarin sore yang hanya dimintai ambilin bola terus-terusan. Saatnya ikut main bola juga.

Perhatian bagi pemilih bagaimana perilaku ugal-ugalan menyelesaikan kompromi dengan uang dan jabatan seperti ini, bagaimana diyakini mereka bisa bekerja dengan lebih baik di kemudian hari. Apa yang ada adalah mencari balikan modal dan jangan harap negara bisa menjadi lebih baik di dalam banyak hal.

Kabinet hak prerogatif presiden terpilih, jelas dengan kerja sama dengan parpol pengusung. Aneh dan lucu ketika dulu berteriak-teriak agar profesional, mereka malah lebih dulu menyatakan secara dini dua parpol pengusung saja sudah 13 kursi, belum si pimpinan akan berapa, Demokrat dan Berkarya?  Mau jadi apa kondisi bangsa ini?

Pengalaman KPK hampir selalu OTT itu orang parpol, bahkan ketua umum, dari Anas, Andi Malarangeng, Jero Wacik, kini Romy, Setnov tahun lalu, apa masih kurang ternag benderang bahwa orang parpol memang masih sangat riskan untuk  jabatan menteri?

Lagi dan lagi pengalaman untuk pemilih agar makin cerdas dan bijak melihat bukan hanya orang, sosok, atau nama saja, juga cara menyelesaikan masalah, kompromi dengan diplomasi, bukan kompromi dengan kardus dan kursi.

Demokrasi yang makin maju, kini mau kembali lagi karena perilaku minim prestasi para politikus busuk haus kuasa ini. Bangsa ini  mulai penuh pengharapan, mosok mau dikembalikan pada kisah kelam masa lalu.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun