Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jokowi: Lawan dan Kasihannya Capres 02

24 Maret 2019   07:12 Diperbarui: 24 Maret 2019   07:51 1977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecatan. Dalam hidup ini tidak ada yag lurus-lurus saja. Ada banyak korban dan kadang memang kebodohan sendiri. Ada pula sisi di mana ia tidak mampu berbuat lain. Saya juga mengalami tiga kai lebih dipecat, kalbet jauh berbeda, namun perasaan  ketika membaca itu sama.

Apakah ini menjadi alasan pendukung memilih beliau? Tidak. Sama sekali tidak, bukan soal pecatannya fokusnya, namun bahwa Pak Jokowi sukses merintis banyak karir dengan gilang gemilang. Aroma positif dan optimis menjadi penting.

Keluarga berantakan. Ini juga bukan bahan bagus untuk memberikan tekanan pada pemilih agar melek melihat itu semua. Persoalan pelik, ada peran Tuhan dalam sebuah perkawinan, dan juga ada pihak pasangan, keluarga, mungkin juga politik di sana. Tidak hanya satu pribadi yang menentukan.  Pribadi-pribadi baik bisa saja berantakan keluarganya, dan belum tentu itu juga kesalahan satu pihak semata.

Keluarga Jokowi yang harmonis itu jauh lebih baik digaungkan sebagai sebuah prestasi. Jatuh bangun dan adanya perjuangan untuk mempertahankan pernikahan dikedepankan. Sehingga inspirasi positif bukan malah orang fokus pada yang gagal. Banyak yang sukses sampai akhir hayat kog daripada yang berhenti di tengah jalan.

"Kelainan" anak.  Hal ini juga bukan hal baik dalam kampanye. Keputusan itu sebagian juga adalah kehendak Tuhan di sana, siapa yang mampu melawan rencana Tuhan? Kadang juga lingkungan mendorong hal itu.  Apa iya mau melecehkan ciptaan, katanya orang beragama, religius, dan pemuja surga.

Tampilkan saja trio Jokowi yang lempeng, dan bercanda dengan cair sebagai kakak adik dengan masif. Itu membuat bangsa ini lebih bahagia. Becanda kakak adik yang sangat Timur banget. Itu nilai plus luar biasa.

Pelanggar HAM. Gaung yang tidak efektif karena 2004 sepi dari ini semua. Miris ketika catatan buruk malah menjadi modal kapital yang menguntungkan karena simpati dari orang yang tidak paham. Apa iya model demikian laya mendapatkan limpahan simpati?

Jauh lebih menguntungkan adalah pemerintah saat in taat hukum. Pelaku kejahatan dijebloskan ke penjara. Jangan takut menyuarakan kebenaran dan melawan wacana kriminalisasi dengan garang juga.   Mereka-mereka juga pelakunya dan mereka juga yang teriak kriminalisasi padahal memang jahat perilakunya. Itu yang perlu dibuka di depan publik. Jangan takut.

Hal hal yang membuat kasihan itu bukan pembenar untuk menjadi pemilih, hanya  semata agar kampanye positif yang dikemukan dan dijadikan panglima. Optimis bahwa kejahatan tidak akan pernah menang. Jangan memilih pembenar mereka melakukan juga kekejian, fitnah, hoak, dan seterusnya.

Biasa memainkan politik kurban juga jangan jadi pembenar untuk melakukan perilaku yang sama. Kebaikan, nilai positif dari Jokowi jauh lebih banyak untuk dieksplorasi, dikembangkan lebih jauh, dari pada mengulik kekurangan, bahkan mungkin kejahatan rival.

Bangsa ini perlu berubah menjadi bangsa yang optimis, di mana pesimisme perlu dibuang jauh-jauh. Belanda sudah pergi jauh dan sekarnag menjadi sahabat, bahasa, budaya, agamanya tidak tertinggal, namun mental penakut dan pesimisnya masih akut. Ini yang perlu didobrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun