Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Agum Gumelar, Belajarlah Bijak dari Jokowi, Pak Beye!

19 Maret 2019   07:54 Diperbarui: 19 Maret 2019   07:57 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Posisi komentar pun sebagai mantan pelaku yang tahu baik peristiwa 98 itu. Hal ini  nampaknya menjadi gejala umum pola pikir campur aduk, di mana orang tidak bisa memilah dan memilih peran ketika berbicara, bertindak, dan bersikap. Semua hal dikaitkan dan disimpulkan secara global.

Contoh, bapak sebagai ayah dari anak, ketika ada kenakalan anak pada jabatannya sebagai ketua RT tentu ia harus bersikap adil, tidak lagi memandang anak sebagai darah dagingnya, namun sebagai warga yang perlu pembinaan. Ia juga sebagai polisi di kantor tidak akan serta merta bisa melimpahkan berkasnya ke kejaksaan.  Membedakan peran, fakta, dan jabatan masih sumir. Ketika presiden saja begitu apalagi orang biasa.

Lagi-lagi memainkan peran sebagai politik korban. Maaf seribu maaf, gerah-nya Ibu Any dipakai sebagai senjata. Kala meminta kader dan siapa saja untuk tidak memberikan informasi ini kepada Ibu Ani. Lha bagaimana bisa akses medsos kegemaran itu bisa dicegah? Naif lah namanya.

Beberapa hal di atas dapat dilihat dan dijadikan pelajaran bersama:

Semakin tinggi pohon akan semakin keras angin menerpa, pun bagi pribadi yang semakin tinggi jabatan dan kedudukan, goyangan akan semakin besar. Kesiapan dengan jiwa besar jauh lebih penting dari pada ribet berupaya menahan angin. Memang  bisa? Ini penting sebagai seorang pemimpin. Apalagi presiden.

Siapa sih yang mampu mengarahkan massa, atau mengatur angin untuk tidak menerpa kita? Bukannya ini upaya sia-sia? Sikap tidak berguna karena sama juga anak kecil memindahkan laut ke dalam sumur kecilnya di pantai. Bertahan itu bisa juga dari dalam itu jauh lebih bermanfaat dari pada membentengi diri yang bisa malah merugikan.

Sikap batin jauh lebih penting sehingga bak pohon kelapa yang berakar serabut panjang, seolah sederhana namun bermanfaat ketika ada angin badai lebih tahan tumbang. Nah ketika pemimpin sedikit-sedikit mewek, ingat ini era modern, di mana rekam jejak demikian jelas dan mudah diakses. Bantahan akan mudah dibantah juga.

Kesederhanaan dan prestasi itu tidak perlu dinyatakan atau diklaim, namun akan dicatat dengan tinta emas pihak lain. Ini penting.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun