Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Memang "Teroris" Kok

18 Maret 2019   08:11 Diperbarui: 18 Maret 2019   08:19 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadapi teror dengan keberanian. Adanya upaya menakut-nakuti tidak akan mempan, apalagi jika pendidikan membawa sikap kritis. Pun menglaim negara religius namun abai akan sisi spiritualitas, apakah ini yang namanya beragama dan beriman baik. Jelas bukan. Keberanian menghadapi keadaan sulit itulah iman.

Apalagi jika dikaitkan dengan teror yang selalu saja berselisih soal agama. Ketika agama yang sama sebagai pelaku akan  ditolak dan itu bukan ciri agama kami. Namun ketika agama yang sama menjadi korban, agama pihak lain dituding sebagai pelaku dan agamanya dikaitkan.

Teroris itu bukan pertama-tama soal agama. Namun perilaku fanatis sempit dengan agama sebagai kedok. Ketamakan dan merasa diri paling hebat itu esensi agama. Padahal jika beragama dengan baik dan benar akan semakin rendah hati dan melihat kebaikan pada sisi siapapun dan apapun, bukan malah sebaliknya.

Agama para pelaku adalah dalih untuk mendapatkan simpati dan pembenar atas aksi mereka yang sejatinya adalah ketamakan dan gila kuasa atau  pengaruh. Lihat sama sekali bukan soal agama, namun mereka bersembunyi dalam kerudung agama biar aman dan mendapatkan pujian dan simpati saja.

Pilihan presiden paling tidak dalam tiga kali kasus khusus itu membuat kita belajar. Bukan soal hujat menghujat, atau prihatin dengan konferensi press segala, namun keberanian datang kepada korban. Simpati, empati, dan penghiburan bisa meringankan beban. Mungkin saja bisa melunakan hati yang sedang buta karena sempitnya memahami agama. Sangat mungkin.

Menciptakan ketakutan ya dijawab dengan berani, bukan malah ketakutan juga, jika demikian, akan sukses dan itu hasil gilang gemilang bagi para pelaku teror atau teroris. Ketika diteror bersembunyi di bawah kolong, ya akan meraja lela.

Berani atau takut itu pilihan dan pilihan untuk berani itu penting. Sikap pemimpin yang seperti itu menjadi pembeda yang sangat baik bagi hidup berbangsa. Pelaku kekurangan oksigen karena minim dukungan dan hasil yang diharapkan, para korban dan lingkungannya pun akan kembali pulih untuk melawan potensi teror berikutnya.

Pilihan makin jelas, siapa yang berani. Ini bukan soal badan besar namun soal nyali. Jokowi sekali lagi dengan wakil presiden mumpuni KH Makruf Amin tentunya.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun