Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

OTT Romi Jawaban Ancaman Bahar Smit pada Jokowi

15 Maret 2019   13:17 Diperbarui: 15 Maret 2019   14:15 2883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin dalam persidangan Bahar Smit mengatakan "ancaman" bagi presiden, nantikan saja nanti kala sudah keluar. Cukup miris sebenarnya dengan apa yang dinyatakan itu. Ada beberapa hal menarik di sana.

Pagi ini ada khabar penangkapan  atau OTT salah satu ketua umum partai politik. Memang belum ada sebuah pernyataan resmi dari KPK, namun pemberitaan sudah cenderung mengonfirmasi kalau itu adalah sakah satu ketua umum pendukung presiden saat ini.

Apa kaitan kedua kisah ini?

Bahar Smith memiliki dugaan, asumsi, dan spekulasi kalau apa yang menjeratnya adalah kriminalisasi atas "kekritisannya", meskipun kasusnya sangat jauh panggang dari api. Kekerasan pada anak tidak ada kaitannya dengan presiden dan politik.

Padahal beberapa hari lalu, presiden sudah menyatakan, jika ada ulama atau siapapun yang tidak melakukan pelanggaran hukum namun di penjara, lapor saya. Toh pengacara Bahar tidak lapor dan malah megancam seperti itu.

Penangkapan Romi adalah salah satu bentuk dan bukti kalau presiden tidak melakukan intervensi hukum. KPK yang sering dituduh menjadi kepanjangan tangan pemerintah dan koalis 01 terbukti tidak demikian. Apalagi kisah  Bahar yang memang jauh dari politik dan Jokowi.

Sah, ancaman itu tidak berdasar pada Jokowi. Di balik itu ada beberapa hal yang patut dicermati.

Pertama, perilaku Bahar Smit ini harus menjadi urusan hukum baru, minimal menjadi tambahan pidana dari hakim karena "mengancam" presiden. Ingat seburuk  apapun Jokowi adalah presiden.

Kedua, ia masih muda, namun perilakunya jauh dari kepatutan. Mengancam orang lebih tua, pemimpin negeri lagi, sudah kelewatan. Jangan berdalih darah muda, ingat posisinya pun adalah ulama dan guru.

Ketiga, perlakuan pada muridnya itu sudah ada buktinya, mau upaya apalagi, karena kekerasan itu fakta. Jauh dari posisi politik dan Jokowi. Berbeda ketika penganiayaan itu tidak ada. Jangan berlebihan dan menyulut konflik demi kepentingan sendiri.

Keempat, ia adalah guru dan ulama, peran ganda, guru dalam bidang rohani, bukan guru sembarangan. Namun sikapnya jauh dari itu semua, yakin generasi muda di tangannya akan menjadi lebih  baik.

Kelima, guru dan pemuka agama itu seharusnya banyak refleksi sehingga menyadari kesalahannya, bukan malah ngeles dan merasa paling benar, apalagi mengambinghitamkan presiden. Moment tepat sentimen kepada Jokowi sedang bisa dimanfaatkan.

Keenam, sikap demikian apa ya pantas sebagai seorang guru dan pemuka agama? Selain tidak bertanggung jawab juga mencari kambing hitam, dan itu jelas demi keuntungan sendiri. Bagaimana sikap pertanggung jawab itu dimiliki.

Berkaitan dengan Romi

Seorang tokoh relatif muda, cukup berani bersikap, dan memenangkan pertarungan dengan kubu lain. sikap mengusung Jokowi paling awali, berjibaku dengan perpecahan internal, dan keinginannya untuk juga maju sebagai salah satu cawapres, tentu itu kualitas.

Sayang, bahwa ia masih belum terlalu cerdik di dalam berpolitik yang demikian liar dengan intrik dan trik, yang mana kawan atau lawan bisa sama-sama menakutkan. Apalagi korupsi yang sangat-sangat sumir di dalam budaya berbangsa ini.

Keberanian mendekat pada Jokowi beberapa waktu lalu tentu juga  menjadi catatan bagi banyak pihak. Ada yang pro dan tentu juga ada yang kontra. Nempel Jokowi ke mana-mana. Sangat mungkin banyak yang iri dan jeles. 

Korupsi tidak mengenal tua atau muda. Uang itu enak karena bisa menjadi apa saja dan ke mana-mana. Sayang apa yag terjadi pada SDA kini juga menantinya. Jebakan korupsi memang mengerikan, mau apa dengan keberadaan uang yang demikian menggiurkan. Iman sekuat apapun asal masih melihat uang dengan hijau, sudah pasti akan lewat.

Sikap KPK ini bagus. Mengapa sekarang? Ya karena OTT, memang menguntungkan Jokowi karena dengan demikian, memang KPK bukan ala kekuasaan apalagi era Jokowi. KPK dan kepolisian bekerja sesuatu dengan prosedur hukum dan itu tentunya sudah dimiliki oleh lembaga penegak hukum tersebut.

Akan keluar pernyataan dan dikaitkan dengan debat yang lalu, ya tidak bisa, di mana koalisi 01 penuh koruptor. Tidak bisa juga, toh koalisi 02 juga ada PAN dengan kakak beradil ketua umum mereka belepotan. Wakil ketua dewan dari PAN juga demikian. PKS sama saja, Gerindra sama. PDI-P, Golkar, dan yang lain sama saja.

Korupsi jangan dijadikan sebagai alat politik, mereka musuh semua partai, semua capres-cawapres, dan juga musuh bangsa. Jadikan ajang bersih-bersih bersama KPK, Kepolisian-Kejaksaan untuk memberantas korupsi. Musuh bersama jangan malah diberi angin segar karena demi keuntungan politik semata.

Penegakan hukum itu penting, jangan karena ada celah politik, demi simpati sekelompok pihak kemudian dijadikan bahan untuk menuding tanpa dasar. Dua kisah penegakan hukum itu memprihatinkan, bukan sarana politis dan alat untuk mendapatkan simpati bagi kedua paslon. Pun bukan alat untuk menyudutkan yang tidak didukung.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun