Keenam, para pelaku politik ini sekaligus adalah anggota dewan, namun mereka mendadak amnesia, ketika mereka gembar-gembor utang itu adalah persetujuan dengan dewan, bukan kinerja atau keptusan pemerintah sendirian.
Berteriak kalau pembangunan infrastruktur itu tidak penting, padahal lagi-lagi tugas dewan, dan sebagian besar mereka adalah dewan, nah ke mana suara kritis mereka di lembaga dewan, bukan malah di  media dan media sosial semata. Nah apa iya model pemenang itu perilakunya demikian?
Ketujuh, pilihan cerdas itu hanya milik pemenang, selama ini mereka menyajikan kenaifan dan dibungkus dengan agama dan itupun hanya pemanfaatan bukan esensi agama. Â Sikap pemenang itu bukan mengelabui namun mendidik dengan semestinya. Mental pecundang yang mengajarkan kebohongan yang dibungkus dengan dali keindahan.
Mau menolak hasil survey itu boleh, asal memang bukti itu ada. Bagaimana percaya mereka menang jika perilaku mereka saja bukan mental pemenang. Sikap dan perilaku mereka yang ugal-ugalan, arogan, dan suka memfitnah itu bukti hasil survey itu memang bukan kemenangan mereka. Kemenangan itu hanya klaim semata tanpa indikasi, apalagi bukti nyata.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI