Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bantahan Hasil Survey Dinegasi Perilaku Capres dan Elit 02 Sendiri

14 Maret 2019   10:52 Diperbarui: 14 Maret 2019   11:30 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sah dan boleh-boleh saja tidak percaya dengan hasil survey, namun apakah dengan dasar atau hanya bicara sekehendaknya sendiri. Di sinilah peran kecerdasan itu. Jauh lebih memrihatinkan adalah justru perilaku baik kata dan pernyataan apalagi perbuatan setiap aksi kampanye dan isu yang beredar.

Beberapa hal yang cukup mengusik klaim kemenangan apalagi sangat telak dari perilaku dan ugal-ugalan koalisi mereka di dalam masa jauh sebelum apalagi masa kampanye ini. hal yang patut dilihat;

Pertama aroganssi capres, berkali ulang marah, kasar, dan merendahkan pihak lain, terakhir jelas ngeplak tangan pengawal yang ia nilai terlalu kasar pada pendukungnya. Soal benar salah bukan ulasan, namun kekerasan baik dengan kata-kata, apalagi tangan, bukan gambaran pemimpin yang baik.

Karakter, bukan hanya insidental atau sudah keterlaluan, memang mudah marah, terpancing emosinya, dan berlebihan dalam bersikap. Nyatanya anak buahnya juga berlaku demikian, cenderung dalam ujaran yang penuh kebencian dan caci maki, ini juga arogan dan kekerasan lho. Salah satu mental pemenang itu bukan penyuka kekerasan.

Kedua, mudahnya menuding pihak lain dengan data yang sangat minim, tidak jarang malah data itu dibuat-buat atau malah fitnah sekalipun. Ini pun berkali ulang. Dari kekerasan narasi Ratna Sarumpaet, dan sudah terbukti bahwa itu oplaspun masih saja ada upaya untuk menjelekan rival. Atinya mereka tidak belajar berubah dan bebenah.

Soal tujuh kontainer kotak suara tercoblos, itu pun sudah dengan mudah dipatahkan dengan argumen waras, dan fakta yang tak terbantahkan. Tidak ada pernyataan sesal dan maaf, malah mengulang hanya karena truknya ada huruf kanji, yang dituding huruf Mandarin. Lagi-lagi kegoblogan dipeliharan, masih tinggi hati lagi. Mosok model begini mental pemenang?

Ketiga, salawi, narasi baru tidak ada, yang ada hanya salawi, salahnya Jokowi. Bagaimana semua upaya adalah ujungnya mengganti Jokowi. Mulai 2019 ganti presiden hingga kebebasan terdakwa pembunuhan dari Malaysia hanya intinya mau Jokowi lengser. Mana ada mental pemenang kog abai akan demokrasi?

Berjibun isu dan desas-desus juga ujungnya Jokowi salahnya, kadang naif, sama sekali tidak berkaitan dengan Jokowi sekalipun tetap saja dikaitkan-kaitkan. Jelas ini kebodohan, tidak ada pemenang kog bodoh.

Keempat, tidak ada kreatifitas sama sekali. Isu Jokowi PKI, ibunya bukan orang baik-baik, antekasing dan aseng, dan semua itu ilusi 2014 hingga kini. Prapilkada Solo dan prapilkada DKI sama sekali tidak ada narasi itu. Pemenang tidak akan berlaku murahan demikian, ingat rekam jejak digital itu mudah dan banyak sekarang.

Sama juga dengan isu bukan Muslim yang baik, antiislam, pelaku kriminalisasi, antiulama, dan  sejenisnya. Narasi negatif yang diulang-ulang, dan itu pun sangat mudah terbantahkan. Toh masih saja dipakai. Hanya yang maaf bloon menggunakan cara yang sama, meskipun sangat tidak lagi meyakinkan.

Kelima, makin ke sini, kampanye makin menampilkan model kampanye hitam, di mana sama sekali tidak ada data di dalamnya. Adzan dilarang, pelajaran agama ditiadakan, dan pelegalan pernikahan sejenis, dan pelegalan perzinahan. Kreatif namun busuk karena sangat tidak berdasar, tidak ada pernyataan yang memberikan satupun indikasi samar dan kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun