Event perdana komunitas ini cukup pelik, tapi setuju, demi memeriahkan pesta rakyat, patut juga didukung. Dalam sebuah diskusi dengan bos besar komunitas ini, lahirlah ide pete dalam helatan politik kali ini.
Jadi ingat kisah berpuluh tahun lalu, seorang rekan yang balas dendam karena diperkosa bau pete yang menyengat. Ia sama sekali tidak suka baunya, karena mau balas dendam, akhirnya ia menemukan momen yang pas. Jadwal latihan koor menjadi ajang balas dendamnya. Ia yang bersuara empat, posisi paling belakang, posisi strategis untuk melampiaskan hasratnya.
Salah satu kandidat pilpres kali ini pernah dalam kampanyenya menggunakan topi pete, seolah-olah pete adalah perpanjangan rambut. Cukup menghibur, namanya pesta rakyat ya harus menyenangkan, bukan menegangkan apalagi menakutkan. Pilihan cerdas dan bagus untuk dikembangkan.
Salah satu penyuka pete yang bisa dipelajari itu konsistensinya terhadap hobi yang sering bahkan berbahaya bagi hidup berumah tangga sekalipun, toh tetap dijalani. Konsistensi dan keberanian untuk memilih aksi yang kadang di luar nalar. Ancaman pasangan saja tidak mempan, apalagi hanya ancaman oposisi.
Dalam kampanye ini, beberapa pihak konsisten untuk memilih cara berkampanye yang itu-itu saja.
Menghibur, banyak aksi dan reaksi yang mengibur, jangan dilihat sebagai kekisruhannya, tetapi penghiburannya. Coba di negeri mana, India yang apa-apa joget saja kelihatannya belum ppernah debat capres ada yang joget.
Aksi joget di mana-mana itu asli memang menghibur, termasuk menghibur tidak memiliki program. Biar saja, yang penting memberikan dinamika demokrasi kali ini. Selain aksi joget juga dalam memberikan pernyataan lebih banyak menghiburnya daripada menjanjikan. Lumayan ini politikus model demikian, membahagiakan bangsa dan negara.
Konsisten dalam hal abai data. Susah lho memilih konsisten dalam soal ini, ya memang tugas penantang itu asal konsisten, soal abai data bukan menjadi pertimbangan. Itu tugas incumbent. Telah sukses untuk ajeg demikian. Hebat dan prestasi ini, hanya punya ini.
Reaktif, cukup bagus di mana memang harus demikian, soal kebat kliwat, itu toh bisa direvisi, bisa diperbaiki, dan andalan paling bagus, kata khilaf, maaf, dan salah informasi. Ini selalu konsisten mereka nyatakan dan lakukan. Hebat. Sekali lagi hebat.
Kesatuan yang solid. Mengalahkan timnas model kesatuan mereka yang patut diacungi jempol. Dukungan mereka tidak pernah salah, kalau salah itu adalah salah Jokowi. Nah hebat bukan kata saktinya adalahh salahe Jokowi. Apakah itu fitnah? Bukan, itu menghibur diri dan kita sebagai anak bangsa.
Kesatuan mereka juga susah diberi tahu, jelas-jelas salah saja mereka ini masih ngegas, nyolot, dan tidak pernah salah sekalipun. Hebat luar biasa mereka ini, patut belajar konsisten termasuk ngeyel meski salah.
Kesatuan berikut yang kuat itu mengenai pembelaan dan mengeroyok jika dukungannya salah. Mereka bersama sebagai satu keluarga menghadapi dan berebut paling depan. Lagi-lagi hebat, benar atau salah bukan  persoalan. Yang penting boss selalu benar. Entah ini panitia opspek atau tim kampanye.
Kembali pada pete, ternyata kata Mbah Gugle, pete memiliki banyak manfaat, beberapa hal yang berkaitan dengan politik ternyata benar adanya. Â Mencegah depresi, mengatasi tekanan darah tinggi, dan baik untuk pencernaan. Ini klop dengan kondisi politik yang memang berpotensi ke arah sana.
Ada ide, gagasan, wacana, dan rencana untuk menambah RSJ, jelas lah politik dan kampanye yang lalu-lalu membuat orang miring jadi tambah banyak. Dari mana mahal-mahal membuat RSJ dan belum tentu tertangani lebih lanjut, lebih baik makan pete, dari pada jadi wig.
Mengatasi tekanan darah tinggi. Nah kan, siapa yang pernah ditangani dokter Derawan, cocok bukan makan makanan ini. Coba mahal lho ke dokter dan rumah sakit, apalagi jaminan sterilisasi alatnya rendh, kan bisa berabe. Makan pete saja kalau begitu.
Baik untuk pencernaan, nah ini lagi-lagi menemukan faktualisasi dengan kondisi begini bis sembilit, mual, dan pencernaan bisa sangat terganggu. Pete solusinya. Murah dan meriah. Soal orang marah, kembali pada konsistensi para penggemar pete, laju terus pantang mundur.
Makan saja petenya, jangan malah dijadikan penutup kepala, kalau santri penutup kepala ya kopiah atau peci, lha malah pete, apa artinya? Siapa saja boleh menafsirkannya, kalau saya, ya biar untuk lucu-lucuan saja dalam kampanye, termasuk dalam artikel ini , karena meramaikan aksi Penatajam perdana.
Selamat pada Komunitas Penatajam yang berani lahir dengan segala catatan dan kesulitannya. Harapannya tetap hidup dan meramaikan Kompasiana, bukan lahir hanya untuk menumpang nama.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H