Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Helikopter, KRL, Ambulance, dan Polah Politik

9 Maret 2019   07:50 Diperbarui: 9 Maret 2019   08:09 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hal dapat dipetik sebagai pelajaran

Kesederhanaan. Jokowi naik KRL banyak orang nyinyir bahwa itu settingan, menyusahkan paspampres, baik dengan nyata ataupun halus. Melihat reputasi panjang Jokowi kog tidak demikian. orisinalitas kesederhanaan.

Ketika awal menjabat presiden, Jokowi ke Singapura dengan pesawat komersial kelas ekonomi. Nyinyiran sama, soal menyulitkan pengawal dan pencitraan. Keamanan itu hanya dalih mengumbar kebencian. Ke kepulauan terluar dan naik menara suar sendiri, itru bukti sederhana.

Bertemu dengan anak-anak, termasuk berkebutuhan khusus yang digendongnya, itu karena ia sederhana dan merasa dari rakyat dan di tengah rakyat. Apalagi jika berbicara mengenai kunjungan, sangat mudah kesaksian itu diperoleh.

Sisi lain, kampanye saja menggunakan helikopter, ini tentu bisa dibaca sebagai pemisahan diri dari akar rakyat. Sangat mungkin memang terpisah, karena asalnya yang sejak  kecil memang elit di negeri ini. Ada separasi dan merasa memang bukan bagian dari rakyat.

Beberapa hal mempertontonkan itu, bagaimana capres itu marah ketika  ia berpidato dan pendengar ramai sendiri. Ini bukan sekali, namun berkali ulang. Apa yang ditampakan adalah kecenderungan arogansi dan memosisikan diri sebagai "yang lebih."

Ambulance, itu angkutan prioritas karena membawa orang sakit, jadi pengguna jalan lain harus dan wajib memberikan jalan. Membawa orang sakit menjadi kata kunci. Nah ketika pengguna jalan sudah memberi fasilitas itu untuk orang sakit?

Ada pilihan lain, ketika ada pengadangan kan bisa meminta bantuan pihak kepolisian, sehingga dibawa dengan mobil polisi. Ada kendala dengan penggunaan mobil polisi tentunya bagi mereka.

Pertama takut isi dan gorengan ditangkap polisi, ada dua mana juga, satu menggoreng itu sebagai penangkapan dan menjual derita. Atau malu karena ditangkap polisi, ini yang ditakutkan mereka, karena kebiasaan goreng menggoreng.

Kedua, polisi sebagai bagian pemerintah, mereka bisa saja tidak suka dengan itu. Padahal jauh lebih tepat dan tidak malah mempermalukan diri dengan ambulance.

Melihat bahwa mereka berswaphoto di dalam mobil itu, boleh ditafsirkan bahwa mereka hendak mengatakan mereka itu pahlawan politis yang diperlakukan tidak adil. Apakah demikian? Sikapnya selama ini yang perlu menjadi perhatian, bahwa mereka memiliki kecenderungan provokatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun