Khabar Ibu Ani terkena kanker dan dirawat di Singapura tentu pukulan telak keluarga besar Susilo Yudhoyono. Termasuk di dalamnya juga Demokrat di dalam menjalani masa kampanye. Susah bisa berjalan dengan sepenuh daya. Pun bagi koalisi 02, meskipun setengah hati, toh keberadaan SBY sebagai ikon cukup menjual.Â
Itu masih belum sepenuhnya bisa disikapi dan diselesaikan dengan baik, lagi duka lebih miris karena adanya salah satu petinggi koalisi dan Demokrat ditangkap polisi karena dugaan penyalahgunaan narkoba. Mengapa miris dan duka? Â Susah mengaitkan dengan kriminalisasi, ataupun dijebak. Â Berbeda dengan ujaran kebencian yang ia bisa mengelak, ngeles dan berkelit baik belut di kubangan oli di tengah lantai keramik.
Tudingan kardus itu masih mengiang, bak buang angin yang terkena dampak luar biasa banyak, namun sama sekali  tidak ada penyelesaian yang semestinya. Bawaslu yang "tidak berdaya" sudah menghentikan kasusnya dengan dalih yag lucu. Pelaporan di kepolisaan juga belum ada khabar lagi. Apakah akan dibuka lagi, namun tentu dampaknya mengerikan. Karena bisa sampai pasangan yang sedang berkontestasi.
Tudingan yang masih bisa diupayakan untuk diselesaikan sekaligus justru soal tujuh kontainer tercoblos. Mengapa? Itu dampaknya hanya berhenti pada AA seorang dan legitimasi KPU yang makin dan kembali membaik. Miris tudingan demikian serius malah menguap begitu saja. Atau jangan-jangan malah episode lalu, pemilu-pemilu lalu, di mana partai itu ang berkuasa melakukan yang sama?
Berkat yang cukup baik adalah, bahwa kasus ini susah dibawa kepada kriminalisasi oposisi, tidak akan bisa menggunakan kaos tahanan politik, karena pelanggaran narkoba. Ada bukti dan aliran darah, bisa memberikan data yang lebih lagi. Jika masih saja mengelak ada rambut yang membuktikan itu semua.
Dalam bahasa religius ini adalah anugerah, berkat Tuhan, atau dalam bahasa psikoloogis, semesta sedang mendukung upaya bersih-bersih pemerintah. Jika saja soal kardus dan soal kertas suara yang dijadikan materi penegakan hukum, itu akan menjadi bahan gorengan ke mana-mana. Penegakan hukum bisa berbelok dan menjadi bumerang.
Susah berkelit lepas minimal adalah menjadi penghuni rumah rehabilitasi. Jelas habis nama baik, termasuk Demokrat, yang pernah di dalam pemerintahannya membuat target 2015 bebas narkoba. Bagaimana mau bebas ketika elit penguasanya saja memiliki kebiasaan buruk demikian. Ini  konsekuensi paling ringan, rehabilitasi karena baru sekali kena misalnya.
Reputasi Demokrat bersih pun makin poran poranda, ketika antrian korupsi satu demi satu masuk bui, KPK panen dari mereka, baik legeslatif pun eksekutif. Ini belum sempat pulih, masih sempoyangan.  Eh kini kasus baru tangkap tangan narkoba, jadi pernyataan ada kaitan dengan lolosnya penyelundup dari Ausie kah?
Pembuktian juga makin  kentara ketika urin membuktikan benar, darah pun mengandung narkoba, makin lama mendekam di penjara, bisa bukan sekadar pengguna bisa lebih parah lagi. Mengapa? Karena jelas bukan rehab, namun bui dan jika masuk jaringan pengedar? Mengerikan lagi.
Rambut pun bisa memberikan bukti berapa lama telah menjadi pemadat. Tentu hukumannya pun akan berbeda lagi, karena ia tokoh nasional, sangat mungkin memiliki penggemar  fanatis yang sangat mengagumi.  Ini dampak yang luar besar.
Tentu tidak hendak menertawakan atau bersyukur atas keadaan AA ini, namun bahwa fakta ini cukup memberikan fakta bahwa sepandai-pandainya tupai melompat, akan gawal juga. Jelas selama ini ia berbicara kasar, sarkas, dan seenaknya sendiri, tentu sudah ditimbang untung ruginya secara politis ia dapat berkelit di sana demi keuntungan sendiri. Begitu ditangkap karena ujaran kebencian atau kampanye, akan dapat dipastikan mereka akan menyerang dengan kriminalisasi dan pemerintah alergi pada oposisi.
Baguslah dengan kena tangkap soal narkoba, habis sudah, soal korupsi pun akan diangkat sebagai kriminalisasi ala Dahnil. Â Berkat di balik duka ya cukup baik bagi bangsa ini.
Perlu menjadi perhatian adalah siapa saja yang terbiasa bermain atau pesta dengan AA, ini elit, bahkan termasuk tokoh nasional. Bagaimana dampaknya, termasuk level generasi muda lagi. Jika melihat apa yang sering dikatakan, jadi berpikir lagi, omongan orang di bawah pengaruh obat namun bisa mengguncang nasional. Kardus dan kerta suara itu, plus kata-katanya yang seolah paling bersih itu hancur sekarang.
Jangan-jangan isu dan khabar angin bahwa narkoba susah diselesaikan karena telah masuk pada kalangan elit. Saatnya polisi berani bongkar-bongkar demi bangsa dan negara, jangan sampai kalau ini hanya sekali itu dan kemudian selesai tanpa kejelasan karena politis di sana.
Untung sudah ketangkap saat ini, coba jika sudah menang pemilu dan jadi menteri, apa tidak lebih mengerikan dampaknya. Â Berkat bahwa memalukan, tapi cukup patut disyukuri sebelum lebih banyak pengaruh buruk atas kata dan perilakunya.
Dukungan untuk polisi berkerja lebih baik dan menyeluruh. Dan itu tentu menghancurkan Demokrat, jangan-jangan masih juga salah Jokowi.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI