Kebersamaan dengan rakyat, keprihatinan rakyat juga keprihatinan pemimpin, namun apakah benar demikian, ketika apa yang disajikan ternyata hanya sebentuk drama. Ini kepedulian bukan drama, bisa-bisa nanti di dalam hatinya malah ia tertawa terbahak-bahak karena geli. Apa yang disampaikan tidak didengarkan, namun hanya sepanjang dalam  kamera semata?
Mengerikan bukan jika perilaku demikian itu dilakukan dengan sadar oleh seorang pemimpin negeri ini. Bagaimana bisa begitu banyak persoalan namun malah memberikan gambaran salah satu bagian hidup rakyat itu sepanjang sesuai kepentingan semata.
Melihat kualitas dan model dalam membangun narasi politik dan berbangsa dengan demikian buruk, apa iya masih mau memilih pemimpin demikian? Jakarta yang telah ia menangkan pun tidak ada rekam jejak baik dan menonjol yang bisa dijadikan rujukan. Belum cukup bukti untuk memercayainya menjaid yang lebih besar.
Menjual derita, menggunakan politik korban itu sudah lewat, tidak lagi masanya. Politik cerdas itu perlu dibangun. Pendidikan politik dan demokrasi juga perlu dikembangkan. Masyarakat pemilih sudah beranjak maju, malah politikus miskin prestasi makin kuat di dalam mencoba terus-terusan membanjiri kebohongan demi maraup suara.
Rakyat sudah makin cerdas, perilaku bohong dan sandiwara pun diungkap oleh rakyat, bukan elit. Bukti rakyat makin cerdas dan tahu mana yang tulus atau hanya mencari simpati dengan cara keji.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H