Berkoar-koar dan menuding bahwa pemerintah ini dan itu, jelas bukan citra baik yang dibangun, namun memberikan gambaran dan lukisan suram di depan pemilih. Ingat partai dan mesin partai setengah hati saja. Belum lagi para simpatisan bisa enggan karena sikap buruk yang lebih kuat.
Merendahkan dan menganggap paling hebat. Padahal  mereka belum pernah melakukan apapun. Di dewan pun sama sekali belum bisa memberikan jaminan seperti apa kinerja mereka. Berbeda jika menjadi oposisi yang selalu bisa memberikan jawaban atas kondisi bangsa dengan lebih konkret dan menjawab keprihatinan. Selama ini hanya waton sulaya, bukan sebentuk harapan atas solusi.
Termasuk dalam  hal ini merendahkan profesi ini dan itu, mengatakan daerah ini begini dan begitu. Bagaimana bisa seorang pemimpin itu merendahkan rakyatnya sendiri, daerahnya sendiri. Apa iya simpati bisa diperoleh dengan sikap merendahkan, kadang juga menakut-nakuti dengan berbagai argumen dan perilaku mereka.
Perlu perbaikan kinerja dan komunikasi. Pemilu seyogyanya bukan sekadar mengejar kekuasaan, namun juga pendidikan demokrasi dan politik bagi seluruh elemen bangsa. Miris melihat kampanye hingga hari ini hanya diisi hiruk pikuk miskin esensi dan prestasi selain sensasi asal tenar semata.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H