Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doa yang Tertukar dan Misi yang Dihancurkan Sendiri

10 Februari 2019   09:00 Diperbarui: 10 Februari 2019   09:32 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi kebobolan Jawa Barat di mana selama ini merupakan lumbung setia yang cukup menjanjikan. Ada pula partai loyalis yang cukup banyak membantu. Tokoh seperti Aher pun bukan main-main. Namun nampaknya akan menyurut jika fokus gagal di Jawa Tengah. 

Jawa Barat jangan lupakan gerbong Ridwan Kamil, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang periode lalu ada di kubu mereka. Hal yang mendasar malah mengurusi yang sepele dan semu. Ini serius. Stategi begini saja gagal malah bicara pemerintah yang gagal.

Partai politik sebagai kendaraan itu perlu dipelihara. Apalagi pernah janji mau memberikan kardus. Nah ketika pemeliharaan saja ogah, eh malah diserang sebagaimana pernyataan pembangunan salah, apa iya terima dengan lapang dada.

Jangan anggap sepele juga perilaku ugal-ugalan di Jakarta dengan menggantung dan PHP bagi PKS terus menerus. Memilih satu orang jadi wagub saja berbulan-bulan tidak kelar. Bagaimana malah asyik berpuisi dan serang sana-sini. Jakarta sebagai salah satu lumbung pun diporak-porandakan sendiri. Kemunduran yang banyak disuarakan, apa akan jadi jaminan pemilih sebanyak pilkada lalu?

Jakarta itu ada dua masalah bagi koalisi  ini. PKS dengan wagub yang tidak jelas itu. dan juga kualitas pemerintahan yang jelas gambaran makin buruk jika itu diangkat di tingkat nasional. Jelas gambaran buruk yang lebih mengemuka dan menjadi iklan murah kubu seberang.

Ugal-ugalannya anak buah ternyata tidak mampu dikendalikan oleh pemimpinnya. Mosok mau jadi presiden yang lebih kompleks dan lebih rumit, jelas tidak akan mampu. Zon ini paling parah, hina sana hina sini. 

Potensi pemilih dari santri yang sudah dinyatakan secara publik pun malah dibuang sia-sia hanya karena kebodohan semata. Ini fatal. Tidak ada juga pernyataan maaf dan ungkapan sesal sama sekali. Ya sudah pemilih itu akan beralih.

Belum lagi mengelola koalisi. Demokrat ini paling kencang tertawa. Bagaimana mereka sudah memilih sejak awal dan mulai terbukti. Madiun dan Mataraman itu dulu basis SBY, eh kini dukungan publik ke Jokowi, padahal jelas-jelas kampanye 02. 

Artinya kawasan itu sudah luruh dan jangan diharapkan lebih. Asyik di mana-mana, kandang sendiri malah kebobolan. Jadi ingat mainan anak-anak bentengan, di mana riuh rendah mengejar lawan, abai penjagaan dan ada lawan yang tidak dianggap membakar benteng mereka. Bubar dan game over.

Mengelola orang dan partai koalisi saja gagal total, susah memberikan kepercayaan untuk menangani bangsa dan negara yang jauh lebih  banyak dan besar yang diurus.  Satu saja perilaku ugal-ugalan anak buahnya diberi peringatan, cukup membuat keadaan menjadi lebih baik.

Kualitas koalisi ini memang lebih cenderung mendua. Kadang sangat keras, kadang sangat lembek. Bagaimana mereka keras pada RS namun diam pada AD. Pada Taufik mantan koruptor saja diam seribu bahasa bagaiamana mengatakan akan memberantas korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun