Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Memang Terlalu

28 Januari 2019   09:52 Diperbarui: 28 Januari 2019   10:01 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gelaran pilpres makin dekat, kelucuan ditingkahi tensi panas mulai menggeliat. Kelucuan yang dilakukan elit yang memperlihatkan kepanikan dan upaya bertahan atas persaingan yang makin berat. Segala daya upaya bukan fokus untuk menawarkan diri dengan program dan visi-misi yang cerdas, menarik, serta konkret, eh malah ribet pada degradasi potensi suara rival.

Politik beradab memang masih perlu waktu. Ironis sebenarnya dulu tidak ada kog permainan kasar ala main kayu seperti ini. Mengapa sekarang menggeliat begitu liar, dua episode pemilu ini paling tidak jelas nampak pola itu. Susahnya karena memang hanya dua pasang dan jomplang pula. Suka atau tidak ini fakta.

Jokowi memang terlalu. Bagaimana tidak, partai politik ia kuasai, birokrasi dengan gubernur dan bupati-walikota pun ia kuasa. Eh sisi keluarga pun ia menangkan bahkan level bayi kemarin sore, mendukung banyak, dalam diri Jan Ethes. Coba anak kecil saja tahu, apalagi yang dewasa dan berpengetahuan.  Sakit mungkin yang terpojok dalam banyak hal.

Jan Ethes

Ini entah anak presiden macam apa yang memilih nama anak Jawa banget. Kan era kini gila dua nama, Barat atau Arab. Lha ini malah Jawa deles. Sering dikatakan nama adalah doa, dan kog ya bener, si anak bener-bener ethes, sehingga sekelas pimpinan MPR saja sampai "iri". Bayangkan anaknya itu pendiam, cuma duduk  manis ketika ikut acara keluarga, tentu semua akan diam tidak jadi melibatkan Bawaslu segala.

Lucu  juga sebenarnya, toh itu bukan kampanye dalam arti sesungguhnya. Jika kebetulan ada tawaran dalam konsep kekinian, hanya karena sedang masa kampanye, ujung-ujungnya Bawaslu. Bisa ngelu Bawaslu ngurusi semua hal, yang kadang tidak mendasar. Malah lagi-lagi kampanye gratis bagi Jokowi, karena perilaku naif pihak lain.

Keluarga

Ini sungguh terlalu, coba seperti anak pejabat lain yang ikut molitik, atau terjun dalam partai politik, atau membuat partai politik, lha ini malah jualan martabak dan pisang. Padahal kan enak terjun kampanye dibiayai negara, orang lain susah menyerang karena kan sama, anak mereka juga begitu. Ketika berbeda kan membuat orang sungkan, dan akhirnya merengek dan menuding yang paling gampang.

Sungguh terlalu pilihannya ini. Mau menyandera karena korupsi dan kolusi susah, ya sudah adanya Jan Ethes yang memang ethes. Ungkapan kegemasan yang tidak bisa menyerang karena memang peluang itu tidak ada lagi.

Infrastruktur

Mulai banyak "kampanye" jalan tol mahal, jelas ini kampanye untuk "boikot" kerja keras yang sudah dilakukan hampir lima tahun ini. Siapa yang  memainkan jelas saja yang kepentingannya terganggu. Distribusi lamban, artinya bisa memainkan harga dengan seenak perutnya. Hal sangat lumrah terjadi karena sudah sekian lama enak-enakan di atas derita bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun