Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Capres Ini Harus Baca Pengakuan Pasien Ini Sebelum Nge-Hoaks RSCM

7 Januari 2019   17:00 Diperbarui: 7 Januari 2019   17:18 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asal Bicara, Abai Holistiknya Masalah. Maunya kritis dan memberikan tampilan perhatian bagi derita rakyat. Namun jauh dari fakta yang ada. Coba berbicara soal selang itu, namun tidak tahu ada masalah tabung yang faktual i daerah. Media sudah menyatakannya lagi. Nah kalau ia bahas soal itu, mementahkan ocehan anak buahnya soal pembangunan infrastruktur. Penguasaan bahan hanya sepenggal-sepenggal, jauh dari ideal seorang pemimpin.

Masalah itu jangan hanya dilihat di permukaannya saja. Ada rangkaian alasan yang mengikuti, dan itu menjadi penting sebagai pemimpin. Menyelesaikan masalah pada akar masalah, bukan hanya yang kelihatan dalam permukaannya saja. Miris.

Kepedulian Semu. Bicara harga selang yang murah itu digoreng ke mana-mana, namun ada dua fakta yang jauh dari itu semua. Pertama soal perayaan Natal keluarga besar mereka. Kan kalau memang merasa prihatin Natal itu bukan pesta jasmani lho, namun suka cita batin. Lahir saja di kandang, di mana kesederhanaan. Apa yang mereka tampilkan? Bisa dijawab sendiri kog. Berkaitan dengan Natal, partai mengadakan Natal di daerah yang jauh, menggunakan jet pribadi lho. Hayo dapat berapa juta selang jika mau sedikit saja berbagi? Ini serius.

Kedua, meminta saweran untuk dana kampanye mereka. Ironis, tragis, di mana mereka ini kaya raya, ingat dua tampilan Natalan tadi, belum lagi jika berbicara mengenai kekayaan mereka yang sangat jomplang jika berbicara selang tadi. Rakyat yang katanya menderita itu harus menyokong mereka, lha apa tidak keblinger namanya?

Gampang berbicara bahwa mereka itu peduli, tampilan, kata-kata itu mudah dikeluarkan, namun apakah demikian di dalam perilaku? Ini menjadi penting. Pemimpin itu satu kata dan perbuatan, dan mengatakan peduli itu tidak cukup jika tidak dibarengi dengan tindakan.

Lemah dalam Membaca. Pemimpin yang suka membaca susah dikadali anak buah. Melihat apa yang dilakukan selama ini, kog susah melihat bahwa ia gemar membaca. Apa yang ia baca yang ia pandang membantu pemikirannya saja. Bacaan lain ia abaikan. Bagaimana bisa pemimpin demikian, mana tahu kebutuhan mendasar masyarakat.

Susah melihat pemimpin asal bunyi tanpa data begini. Padahal jauh lebih banyak fakta keprihatinan negeri ini yang perlu bersama-sama dibenahi. Eh tetapi tampaknya bukan prioritasnya.

Grusa-grusu dan Tidak Biasa Menimbang-nimbang, susah sebagai seorang pemimpin model moody, tergantung apa yang mewarnai hatinya, perasaannya, ini akan susah rasional. Apa yang disampaikan orang atau staf itu perlu diolah dna ditimbang-timbang, mana yang paling mendekati kebenaran. Ada upaya cek dan recek, bukan asal bicara.

Susahnya kemudian anak buahnya yang pontang-panting untuk menyelematkan pemimpin demikian. Klarifikasi, meluruskan, dan sejenisnya. Energinya habis hanya begitu-begitu saja.

Masukan dan kritik itu penting, bahkan harus, namun perlu juga diikuti dengan jalan keluar, solusi, atau alternatif untuk perbaikan. Kritik lepas esensinya ketika dinyatakan dengan data yang sudah diselewengkan, data yang sudah direkayasa, apalagi jika tidak diperlengkapi dengan alternatif jalan keluar.

Kepemimpinan itu bukan semata-mata kursi dan jabatan, namun mampu memikirkan jalan keluar yang oleh anak buah itu adalah buntu. Di sini yang membedakan kualitas pemimpin dan pengikut. Pemimpin itu memberikan pandangan yang jauh di atas cara pandang anak buah, sehingga akan membawa perubahan bukan hanya begitu-begitu saja. Buat apa pemimpin jika sama saja dengan anak buah bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun