Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Selang RSCM dan Pemerintah Berkesinambungan, Tabok Air Terpecik Muka Sendiri

6 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 6 Januari 2019   09:29 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Miris memang ketika dua eyang yang sudah mandeg pandhita, malah masih pecicilan mengejar kekuasaan. Mereka sudah seharusnya bijaksana, melihat segala sesuatunya dengan kepala dna hati yang adem, bukan lagi emosional, marah-marah tidak jelas. Mereka sudah sepuh, bukan lagi kanak-kanak yang marah karena mainannya dipinjam teman, atau anak yang kalah bagus mainannya dari rekan sepermainannya.

Cara pandang pemerintahan seolah milik, seolah sepenggal-sepenggal, dan merebut kursi demi kemegahan diri ini jelas masih memperlihatkan kualitas diri pemimpin itu. Bagaimana mereka akan susah bekerja maksimal. Mereka ketakutan atas bayangan yang sejatinya ia ciptakan sendiri. Hatinya tidka tenang karena selalu akan memikirkan kata orang.

Mereka tidak akan lepas bebas karena pemerintahan sebelumnya perlu dibersihkan sehingga tidak akan membayangi pemerintahannya. Berapa energi, waktu, beaya, dan akhirnya itu semua merugikan dan malah cenderung merusak. Fokusnya bukan pembangunan, namun membersihkan ilusi si mantan. Hitung saja jika itu perlu setahun, kapan membangunnya?

Tahun keempat sudah paranoid, ketakutan, cemas, jangan-jangan ia dilupakan, penggantinya harus orang kepercayaannya, yang tidak akan menenggelamkannya. Bayang-bayang yang lagi-lagi adalah ilusi dan ciptaannya sendiri. Habis energi dan kesempatannya bukan? Tidak ada pemikiran untuk rakyat dan negara jika demikian.

Perlu menyadari, bahwa pemerintahan itu sebuah sistem, yang bekerja iu sistem, orang, pelaku hanyalah pengendali atas sistem itu. Pelaku berganti ya biasa saja, berjalan sebagaimana mestinya. Sebuah kondisi yang normal dan alamiah.

Prestasi itu akan dicatat dengan tinta emas, bukan teriak-teriak meminta pengakuan. Siapa yang berteriak meminta pengakuan dan melemahkan capaian pihak lain? Jelas pribadi  yang memang miskin prestasi. Takut terlupakan karena saking sedikitnya torehan prestasi.

Sayang bukan seorang pemimpin kog seperti anak abg labil begitu. Masih tahap pencarian jati diri, menyalahkan pihak lain untuk menaikan citra diri. Masih perlu mendewasakan diri tampaknya. Tua karena makanan jasmani, bukan rohani dan spiritual yang membuat dewasa dan bijaksana. Tuwa kesurung sega.  Jelas berbeda tua bijaksana atau bocah tua karena usia.

Celotehan soal selang ini hanya lah alat, sarana, cara saja, yang jelas orientasinya untuk mendeskreditkan pemerintah, Jokowi sebagai rival, bukan soal kualitas RS atau penyelenggara jaminan kesehatannya. Dan jelas telah gagal karena memang kebencian bukan kebenaran.

Jangan kaget akan lahir ujaran-ujaran lain yang ujung-ujungnya tetap saja  pemerintah salah dan dialah pahlawan  yang akan menyelamatkan. Apa iya bisa, nyatanya hanya selalu begitu-begitu saja. Tidak ada yang bisa digunakan untuk meyakinkan kog, artinya hanya menjadi buah bibir kosong semata. Tidak ada nilai yang terkandung di sana. Ketakutan pun pepesan kosong semata.

Rakyat makin cerdas, jadi ikutlah cerdas, jangan ajak-ajak yang sudah cerdas maaf ikut oon dan bloon. Sudah tidak kaget lagi.

Apa yang dilontarkan kini maknai saja sebagai lelucon di tengah pesta rakyat, bukan teror untuk pilpres. Semua tidak akan mempengaruhi bangsaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun