Prestasi besar diikuti dengan pembagian bonus sebagai wujud nyata perhatian pemerintah ternyata menjadi buah atas kerja keras banyak pihak tanpa adanya kegiatan dan seremoni yang berlebih-lebihan. Kerja nyata tanpa membuat kehebohan.
Ketika ada orang berbicara seolah bersih dari korupsi, dan model pemerintahan yang dulu digulingkan adalah yang terbaik, sehingga mau dihidupkan lagi, kemudian diwartakan dan dibicarakan soal perjanjian dengan Swis. Semua tentu paham kalau Swis dengan banknya adalah tempat paling aman bagi maling berdasi.Â
Dunia berubah dan perjanjian yang tidak digembar-gemborkan itu, kini dinyatakan dan Singapura pun konon mengikuti untuk setuju membuka daftar penyimpan yang potensial adalah pelanggar hukum. Kinerja sejak 2017 yang hanya diam kini dinyatakan dengan lantang.
Pengambilalihan  FP yang hingga kini mau digoreng ke sana ke mari, apalagi yang seharusnya mengambilalih sejak lama, merasa malu, ikut-ikut barisa sakit hati untuk menyalah-nyalahkan. Lha tidak berbuat kog kini ribut.Â
Kerja senyap lintas kementrian ternyata bisa membawa hasil di akhir 18 lalu dengan baik. Gejolak antarnegara yang sering didengungkan tidak terjadi. Sangat  bisa dipahami, jika yang biasanya ikut bancakan kini meradang. Kerja senyap itu didengungkan dengan luar biasa bahasa mereka.
Pembangunan jalan tol yang gila-gilaan itu terus menerus dituding begini dan begitu. Jelas lah karena mafia yang selama ini banyak memperoleh untung kini buntung. Menggunakan moment untuk bisa kembali memperoleh panggung mereka berteriak sok nasionalis, padahal hanya mau menyuarakan kepentingan sendiri.
Senyap dan sunyi itu baik ketika menguntungkan lebih banyak pihak. Bangsa dan negara menjadi pertimbangan. Jika riuh rendah itu karena ingin populer, siapa yang menjadi fokus? Jelas dirinya, bukan bangsa ini. Namun jangan lupa bahwa mereka yang biasa mendapatkan "jatah" itu kini membangun kebersamaan dengan berbagai-bagai cara untuk kembali memperoleh jatah yang terenggut.
Rakyat kini yang memperoleh manfaat, apa iya mau diwakilkan lagi seperti era-era lampau? Semua hanya elit yang menikmati dan merasakan.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H