Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Natalan Prabowo, Kisah Ahok, dan Herbertus Joko Widodo

28 Desember 2018   05:00 Diperbarui: 28 Desember 2018   06:48 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada juga tokoh besar keagamaan di Indonesia yang mengamat-amati, bacaan, sikap ketika Jokowi menjadi pemimpin shalat, malah menjadi pertanyaan, bagaimana niatnya itu ibadah atau malah menguji cara shalat seorang Jokowi, belum lagi sifat dari khusyuknya shalat? Toh semua memang harus terjadi.

Sejatinya, mau Natalan, atau Ahok jadi pemimpin atau tidak, Jokowi itu asli Islam atau campuran sepanjang masih dalam koridor Pancasila toh tidak masalah. Semuanya juga masih dalam naungan Pancasila, semua beragama, Islam, Kristen, atau Katolik yang diklaimkan itu. Semua tidak ada yang melanggar dasar negara bukan?

Jauh lebih mengerikan itu justru pemanfaatkan agama dalam politik. Perilaku diskriminatif, manipulasi demi kekuasaan atas nama agama, dan munafik terhadap agamanya sendiri demi kekuasaan. Ada pula standar ganda, atau munafik kalau kelompoknya boleh, sedangkan rival tidak boleh.

Diskriminatif. Apa sih salahnya kalau orang apapun agamanya memimpin negeri ini, kemampuan di dalam mengelola negara, kehendak baik di dalam mengatasi masalah bangsa, dan itu tidak berkaitan dengan agama seseorang. Memang agama bisa menentukan, namun sama sekali tidak menjadi pedoman dan ukuran jika perilaku beragama masih seperti ini.

Lihat saja bagaimana mendadak  religius, mengutip ayat-ayat suci dengan fasih kala terjerat kasus terumata korupsi. Ini jauh lebih mengerikan daripada mempersoalkan agama bagi calon pemimpin. Benar bahwa pemimpin itu juga harus beragama, namun jangan lupa, amalan agama itu melarang maling dan berperilaku tidak adil bukan?

Manipulasi agama demi politik. Hal yang sangat jamak terjadi. Dalam buku  Satu Tuhan Seribu Tafsir, dikatakan Perda Syariah cenderung hanya menjadi penarik massa. Soal implementasi di lapangan susah untuk diyakini telah dilakukan dengan semestinya. Artinya, hal ini telah mereduksi kesucian agama. Belum lagi ketika malah menggunakan agama dan tameng ayat suci demi kekuasaan semata.

Agama memang sangat murah dan efektif di dalam memberikan efek ketakutan bagi massa, apalagi bangsa ini. Mirisnya akhir-akhir ini jauh lebih kuat model penggunaan agama untuk mengarahkan pemilih. Menciptakan tawaran murah surga seharga Rp.5 juta, atau menyatakan memilih si A adalah neraka.

Apakah ini yang namanya orang beragama dan negara beragama? Jika semua maunya berdasar agama, namun perilakunya jauh dari tuntunan agama?

Munafik atas agamanya sendiri. Tidak ada yang salah jika Prabowo itu Kristen, namun ketika ia bisa ke mana-mana, apa iya model demikian itu bisa diyakini akan membawa perubahan, sedang pilihan mendasar saja bisa kacau balau demikian. Toh jika memang ia Muslim, tidak menjadi persoalan, asal bukan menjadi manusia yang hanya mau enaknya saja di dalam hidupnya ini. Ke sana  oke, di sini juga baik-baik saja.

Agama itu harus menjadi pedoman hidup orang sehingga pribadi tersebut bisa pasrah, iklas, dan mengenal rencana dari Yang Lebih Besar. Pemaksaan kehendak, merasa diri paling benar, merasa tidak pernah salah, orang lain sebagai sumber kekalahan, hanya akan menjadi tanpa bahwa agama dan imannya itu lemah.

Bagaimana bisa menjadi pimpinan negara, ketika memilih agama saja gamang. Memangnya harus menjadi presiden, bahkan dengan mengorbankan agama dan keyakinan? Ini saja jelas sangat memalukan. Perlu belajar dari Adam pengalaman mendasar itu rupanya. Toh semua agama besar dunia identik mengenai kisah Adam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun