Ketiga, siap tidak digaji jika menjadi anggota dewan dan kinerjanya buruk. Cukup menarik, ini menjawab kata Fadli Zon yang minta dimaklumi jika jeblok kinerja mereka. Langsung reaksi mereka yang lain riuh rendah. Kelihatan bagaimana kualitas mereka. Ada yang bertanya bagaimana keluarga makan, ada yang meledek mentang-mentang belum masuk parlemen dan sebagainya.
Apa yang mereka sampaikan bagus. Menohok bahwa dewan memang level pemalas yang tidak tahu diri. Bagaimana di luar gedung dewan, jika kinerja buruk tidak akan mendapat bayaran, bahkan bisa dipecat. Lha dewan ini sudah maling, ditangkap, disidang, divonis, karena belum ketetapan tetap, ingat mereka biasanya banding hingga PK, mereka di dalam penjara, menerima gaji. Maling memang mereka ini.
Jika ada yang mengatakan mau makan apa keluarganya, kelihatan bahwa anggota dewan itu pekerjaan, bukan pengabdian. Pantes orientasi mereka gaji dan tunjangan. Jika mereka mengabdi gaji itu adalah bonus, konsekuensi atas kinerja. Bukan malah dibalik gaji dulu baru kerja. Mentalnya memang masih level budak.
PSI memang masih sebatas wacana. Mereka belum memiliki rekam jejak, dan patut ditunggu. Keberadaan kaum muda sebagai punggawa cukup memberikan jaminan bisa idealis, pilihan mereka di dalam menjawa isu dan perisiwa juga memberikan gambaran adanya harapan baik ke depannya.
Keberadaan kader yang tidak tersentuh masa lalu bisa menjadi harapan makin besar. Memang tidak jaminan, karena hasil 98 pun banyak yang mlendek, dan masuk bui karena korupsi. Namun lingkungan yang seide dan berkomitmen bersih bisa menjadi pembeda.
Perbaikan dan perubahan itu perlu diawali. Dan waktunya kali ini.
Terima kasih dan salam
Ilusi Negara Islam
Satu Tuhan Seribu Tafsir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H