Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Mengusik Bank Swiss, Koruptor Berteriak

15 Desember 2018   17:00 Diperbarui: 15 Desember 2018   17:11 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, kelompok skeptis. Sangat wajar karena mereka melihat kegagalan demi kegagalan kalau berbicara penyitaan atas aset koruptor, baik yang di dalam negeri, apalagi yang di luar negeri. Sikap wajar dan normatif. Kebanyakan belum tahu bahwa ada perjanjian yang baru satu setengah tahun lalu, dan pada tahun depan baru akan terealisasi untuk pertama kalinya. Jadi memang belum ada fakta yang bisa dipertontonkan sebagai bukti.

Sosialisasi dan penjelasan memberikan dampak pada orang yang asalnya tidak tahu ini. Mereka akan  bisa berubah pikirannya kalau tahu ada upaya dan payung hukum yang jelas. Lebih banyak model ini. dari pada yang berikut.

Bisa saja orang tersebut memang tidak mau tahu dan cenderung meragukan banyak hal, termasuk  banyak juga model orang yang demikian. Apapun diragukan bukan karena kepentingan dan adanya pengaruh jika mereka atau kerabat mereka terkena imbasnya. Tidak ada kaitannya,  orang yang cenderung tidak pernah yakin.

Model ini tidak bisa diapa-apakan. Toh tidak cukup banyak pengaruhnya orang yang berpikir seperti ini. Mereka memang tidak akan bisa diubah pemikirannya.

Ketiga, kelompok yang pesimis, bahwa ini hanya ilusi, mimpi, atau bahkan pencitraan. Jelas mereka kelompok yang sangat besar terkena dampaknya. Siapa mereka? Biasanya koruptor dan jaringan atau kelomok terdekat yang sering mendapatkan job dari mereka.

Apa yang mereka lakukan? Menakut-nakuti dengan berbagai cara. Apalagi ini adalah tahun politik, paling gampang mereka akan menurunkan wibawa pemerintah. Ini hanya bualan, omong kosong, kesulitan yang tidak akan mampu diatasi, dan seterusnya.

Mereka akan terus menggiring opini publik agar tidak menyentuh keberadaan simpanan mereka. Hal yang sama dilakukan ketika pemerintah mau meminta bagi hasil dan penguasaan sahan FPI. Apa yang mereka lontarkan adalah hal-hal buruk yang akan menimpa bangsa ini, kemarahan pihak USA yang tidak ada sangkut-pautnya padahal.

Hal yang sama dilakukan, agar pemerintah ketakutan, sehingga uang dan simpanan mereka aman dan tidak jadi terusik. Kelompok mereka cukup banyak, banyak dana sehingga bisa mempengaruhi publik dengan media, atau media sosial yang dipakai mereka menggiring opini melalui pengamat ataupun akademisi yang bisa dan suka rela mereka beli.

Kelompok ketiga ini juga bisa menggunakan kekerasan fisik dengan ancaman atau "kerusuhan" yang mereka kelola. Jangan anggap ini sepele, mereka memiliki uang uang tidak sedikit, bisa melakukan apa saja. Termasuk membeli pejabat tinggi untuk membantu mereka mempertahankan kekayaannya.

Halangan terbesar jelas dari kelompok ini, mereka mengupayakan dengan berbagai jalan agar kepemilikan mereka tidak tersentuh. Apapun caranya dilakukan. Memfitnah dan memutarbalikkan fakta sangat mungkin dilakukan.

Pemerintah tidak hanya membidik kepemilikan Cendana semata, namun mengapa mereka cenderung paling reaktif? Jelas karena mereka paling banyak "dirugikan" jika benar-benar terjadi. Selama ini mereka enak-enakan dengan dana negara dan masyarakat untuk kepentingan pribadi. Sekarang mau dibalik, mereka yang harus menyukung bagi negara, mana mau dan rela. Jelas saja tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun