Identik dengan pilkada, apalagi cawagub yang diusung malah pada posisi yang berbeda, sulit melihat mereka mendapatkan sedikit saja peluang. Basis massa  kuat mereka di pilkada itu itku cawagub, bukan cagub Sudirman Said yang tidak mempunyai basis massa real dan fanatis.
Mereka telah menang di periode lalu di Jawa Barat, dengan modal awal itu, tinggal mengamankan saja sebenarnya. Kondisi yang jauh berbeda, apalagi diperparah dengan peta politik yang jauh berbeda.
Jawa Barat kemarin masih lebih berpikir soal agama dan kadar agama capres dan cawapres. Lha sekarang siapa yang bisa mempertanyakan kualitas keagamaan KH MA coba? Segi yang cukup banyak membantu karena karakter budaya Sunda yang masih memegang teguh agama dan ketokohan ulama masih relatif kuat.
Keberadaan pimpinan daerah, di mana gubernurnya sudah beralih dari dukungan politiknya. Dulu kader dan mesin PKS cukup banyak membantu. Kini, sudah di tangan gubernur baru dan jauh-jauh hari sudah menyatakan mendukung yang berbeda.
Pemilih sekarang cenderung sudah melihat sepak terjang, prestasi, dan reputasi dari kedua pasang calon. Berbeda dengan 2014 kemarin yang masih sama-sama samar. Nama Jokowi belum menasional dan masih banyak  lokallah, sekitaran Jakarta. Prabowo sudah menasional karena memang sudah ketua umum partai. Artinya keduanya berimbang di dalam belum jelasnya.
Pembangunan jelas memberikan keuntungan banyak bagi incumbent karena jelas memang kewajiban pemerintah yang melakukan kerjanya. Hal yang sejatinya adalah konsekuensi logis dari kinerja mendapatkan  hasil nyata. Kerja keras dan kehendak kuat menghadapi segala tantangan dan bisa dijalankan dengan relatif baik.
Keberadaan beberapa partai lama yang menyeberang juga cukup kuat di Jawa Barat, seperti Golkar dan P3. PKS tidak cukup besar, pun Gerindra, demikian juga PAN. Demokrat tidak perlu dibicarakan untuk memberikan dampak bagi pemilihan kali ini.
Pilihan yang lebih bernuansa gambling, dan asal-asalan, sepanjang berani namun cenderung tidak berhitung. Mengejar gengsi dan berani di Jawa Tengah, dengan potensi tidak akan banyak keuntungan, malah melepaskan Jawa Barat yang cukup signifikan memberikan kontribusi suara dan pemilih.
Susah melihat pemimpin emosional, di kelilingi suporter yang tidak berani membantah, ya sudah adanya ngawur, dan asal-asalan. Gaya, merasa hebat, tanpa ada nilai yang diperjuangkan.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H