Tiba-tiba ada orang luar yang menyatakan alternatif solusi, dari pihak luar, Erwin Aksa, cukup mengagetkan karena keberadaan EA bukan dari kedua parpol pengusung. Memang posisi EA sangat strategis, identik dengan Sandi yang berangkat dari pengusaha. Lebih seks lagi polotikus Golkar ini bisa menjadi daya tarik bagi Gerbong Golkar yang bersama-sama dengan Jusuf Kalla.
Posisi di Golkar ini sedikit banyak tentu dilirik oleh kubu yang tidak mendapatkan sokongan langsung dan resmi dari Golkar. Toh semua usaha dilakukan sepanjang tidak melanggar hukum.
Kebersamaan dan kedekatan EA dengan Anies juga terjalin baik. Memang akan lagi-lagi apa mau Gerindra melepaskan kandangnya untuk memelihara macan lain? Â Melihat reaksi Gerindra jauh lebih positif dari pada PKS. Sangat mungkin Gerindra mengambil banyak keuntungan untuk pilpres, bagi PKS jelas merugikan.
PKS bukan sekadar wagub semata, namun juga eksistensi bukan hanya pendukung sebagai penggembira. Adanya kader dan nama di sana sangat membantu dalam pileg. Ketiadaan nama jelas membuat susah. Adanya jabatan wagub sangat mentereng dan juga membantu. Pilpres lewat, jangan lagi ada peluang besar.
Potensi panas juga sebenarnya hal ini, jika tidak dikelola dengan baik. Latar belakang Erwin Aksa jelas sama sekali bukan dari kedua parpol pengusung yang menang di DKI. Jika demikian, cenderung pragmatisme di dalam politik berjalan. Gerindra yang lagi-lagi mendapatkan suntikan potensial modal untuk pilpres.
Pemilih juga memberikan kecenderungan untuk melihatnya untuk Gerindra bukan lagi-lagi PKS. PKS hanya penonton lagi. Hal yang sangat jelas terpampang melihat parpol ini yang tidak memberikan perlawanan.
Hal yang aneh juga sebenarnya ketika DPP Gerindra menyatakan itu hak PKS namun DPD bisa membuat "ulah" aneh-aneh. Jika hal ini permainan mereka di belakang panggung, jadi seolah-olah DPP melepas namun menggunakan DPD main sendiri justru memperlihatkan kelemahan birokrasi partai.
Jika memang PD main sendiri, jelas lebih buruk, di mana DPP tidak mampu mengendalikan DPD. Jika hal sepele seperti ini saja tidak mampu, bagaimana mengelola negara. Sangat parah sebenarnya. kelihatan dibuat-buat.
Jauh lebih baik dilakukan dengan matang dulu di balik layar dan semua berjalan dengan wajar di permukaan. Hal ini di belakang dan di depan sama saja. Â Memang jelas kualitasnya seperti itu, sangat buruk memang mengelola partai dan kerja sama. Susah melihat yang berbeda dengan teman saja begitu tega.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H