Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Menang atas Jokowi dalam Hal ini

3 Desember 2018   16:47 Diperbarui: 3 Desember 2018   16:48 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampanye ini  seolah berjalan tidak berimbang, satu riuh rendah dengan berbagai maam jenis, satu kubu hanya menjawab pertanyaan dari media. Satu koalisi ribut antaranggota, satunya santai-santai menikmati  kebersamaan yang memang dibangun dengan perencanaan matang. Komunikasi  satu sisi berjalan dengan baik dan lancar, di bagian lain malah sering saling mementahkan. Sering orang mengatakan  pemilu sudah selesai.

Entah ini kebetulan atau memang sudah kehendak  Yang Kuasa, ada tujuh presiden yang pernah ada di Indonesia, kog dua militer angkatan darat bergabung  pada koalisi yang mengajukan militer.  Lima presiden dan keluarga besar presiden sipil pada barisan yang berbeda. Menarik dan sangat layak ditunggu pada akhirnya April nanti.

Prediksi dan amatan para profesional memang mengatakan Prabowo sudah kalah, ternyata dia tidak mau dalam kamusnya itu kalah, meskipun ada juga politikus yang menilai dia tidak pernah menang. Ya biasa saja toh berbeda itu utama dalam alam demokrasi.

Ada beberapa hal ia menang telak dari Jokowi, yang telah mengalahkannya dalam pemilu yang lalu.  Kemenangan ini bersama dengan tim dan lingkaran terdekatnya lho ya,

Koalisi yang aneh, Prabowo pernah mengatakan itu sendiri. Entah karena bercanda, frustasi, atau memang kenyataannya. Lha memang demikian adanya. Pameo musuhmu juga musuhku lebih menggejala dalam pilpres dengan dua pasang ini, meskipun  belum tentu juga kamu ada temanku yang sejati.  Perilaku Demokrat paling jelas mempertontonkan dan mempertegas koalisi aneh ini.

Belum lagi saling mementahkan dan membantah apa yang dinyatakan oleh anggota koalisi. Ada tuduhan yang diperjuangkan pemalas lah, atau malah ada ide dijawab dengan uangnya siapa. Ingat soal uang gaji guru Rp. 20.000.000,00.

Jika memang koalisi yang tidak aneh dan sehat, akan dijawab atau dinyatakan dengan normatif, idealnya memang dua puluh juta karena tanggung jawab yang besar, uang bisa dicari dan seterusnya. Ini bagi koalisi yang waras.

Reaktif, abai rasional. Salah satu anggota tim pemenangan hanya karena ketidaksukaan akan rival mengatakan buat apa Menteri PUPR harus membeli karet, apa hubungannya. Padahal karet itu dipakai sebagai campural aspal, dan dari sana karet petani bisa dihargai lebih layak. Ini  kan logika meninggalkan otak karena emosional dan hati yang buram semata.

Hal yang sama, beberapa waktu lalu mereka, ini hampir seluruh tim komplit kena kibul oleh tokoh yang ada  pada barisan mereka. Ratna Sarumpaet yang mengaku dihajar orang dan telah menuding penguasa yang berbuat itu. Ke  mana hayo mereka yang kemarin sudah kompak paduan suara dan menuding pemerintah dan jajarannya?

Menang juga di dalam membela para pelaku "hal tidak semestinya" asal itu diarahkan ke pemerintah. Terbaru soal Bahar yang dalam kegiatan keagamaan namun mengata-ngatai presiden sebagai hal yang tidak patut. Hal ini au dikatakan kepada siapapun tidak patut kog, apalagi presiden, eh dibela karena lagi-lagi soal "musuhmu" adalah "musuhku" juga tersebut.

Jauh lebih lama hal ini berlaku juga untuk Rizieq Shihab, para pelaku ujaran kebencian lain yang diajukan ke meja hijau selalu mereka dukung dna bela, meskipun sebatas omongan bukan tindakan nyata. Termasuk kalau itu pelanggar hukum dan kriminal namun ada pada barisan mereka.

Padahal obyektif itu salah, itu kebencian, bahkan pelanggaran hukum, hanya karena pada barisan yang sama eh dinyatakan itu ulah pemerintah yang antikritik, pemerintah otoriter, dan pemerintah baper, dan sejenisnya.

Mendadak lupa. Orde Baru itu jelas ada masalah, makanya diturunkan paksa. Jika sekarng seolah Orba itu baik-baik saja, bahkan melaporkan ornag yang mengatakan Soeharto sebagi koruptor adalah pemfitnah, lha mengapa harus dilengserkan jika memang Soeharto baik-baik saja?  Lucu dan bahkan saru, karena di sana ada juga tokoh yang mengaku diri sebagai pahlawan reformasi, namun eh sekarang amnesia, bahwa Orba itu demikian kelam.

Benar bahwa tidak baik mencela pemimpin, apalagi sudah meninggal, namun tidak juga menepikan bahwa ia bersalah dan itu fakta kog. Apalagi mengatakan hidup sederhana segala. Sederhana dilihat dari apanya coba?

Pinter dan menang di dalam menciptakan ketakutan. Bayangkan saja akan bubar pada tahun sekian, akan banjir hingga istana tahun sekian, kekayaan bangsa hanya 1% elit yang menguasai, atau semua harga mahal, daya beli murah, serta yang sejenis. Namun sama sekali tidak pernah memberikan alternatif solusi yang kecil saja, apalagi yang besar dan berdampak. Sama sekali tidak ada.

Menang juga dalam keinginan untuk memotivasi namun malah jatuhnya merendahkan dan meledek. Coba bayangkan, lebih baik mana kalau mengatakn jangan puas jadi tukang ojeg, gantungkn cita-citamu setinggi langit. Karena emosional, rasio ketinggalan di brankas, akhirnya malah banyak yang  tersinggung. Ide bagus dengan cara yang salah, akhirnya malah membuat ribet.

Jauh di depan dan menang dalam mengumpulkan massa baik nyata apalagi yang maya. Di sana kelompok mereka  memimpin, soal hasil ya belum tentu. Terakhir jelas reuni tanpa almamater 212 kemarin. Hasil yang belum tentu sepadan.

Itu kemenangan-kemenangan Prabowo atas Jokowi. Apakah menang di dalam pemilihan, kog rasanya jauh.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun