Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

#PSSIbaiktimnasbaik, Jangan "Bully" Tuhan

26 November 2018   09:32 Diperbarui: 26 November 2018   10:45 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelaran AFF memang baru saja usai babak penyisihan, namun bagi timnas Indonesia juga berakhir, karena tidak lolos ke semifinal. Cukup menarik reaksi yang  ditampilkan penggemar, pengamat, ataupun mantan pemain. Lebih bagus lagi kata pengurus teras PSSI yang diwakili ketua umum dan sekjendnya.

Ketua umum yang memang rada-rada aneh atau error entahnya, mengatakan, wartawan baik, timnas juga akan baik. Apa yang dikatakan itu dalam konteks menjawab pertanyaan wartawan, soal maksudnya hanya dia, kalau dia juga paham apa yang ia katakan. Itu tidak penting.  Anggap angin berlalu.

Sekjend cukup realistis meskipun masih sama sebagai  lagu lama, ngeles dan tidak fokus. Ia meminta pihak-pihak yang bertanya atau juga jengkel itu juga melihat gawe PSSI yang sukses bahkan menda[at apresiasi dari lembaga yang lebih tinggi. Ini sama juga ditanya nasi gorengnya mengapa tidak enak, toh masih ada menu lain. Lagi-lagi biarkan saja.

Apa yang sempat ditampilkan penonton, dan ini adalah reaksi penontong yang menggalang boikot kosongkan GBK, dan relatif sukses. Tertarik atas tulisan "Prof." Pebriano yang mengupas kalau kosongkan GBK merupakan tindakan pecinta yang belum purna (tafsiran saya), juga dalam kolom komentar, akhirrnya jadi lah artikel ini.

PSSI "mem-bully "  Tuhan

Semua, teutama penonton itu gegap gempita, merasa berharap banyak karena capaian U-16 dan U-19 dan juga U-23 bisa menjadi referensi bahwa timnas senior akan sedikit banyak lebih jauh melangkah. 

Lima kali finalis dengan berbagai problematikanya menjadikan penonton itu cukup dan lebih jauh lagi bukan lagi-lagi finalis. Harapan berdasar juga, tidak muluk-muluk dengan melimpahnya stok pemain dari semua lini.

Bagaimana PSSI mem-bully Tuhan? Ya iyalah, tanpa persiapan cukup, pelatih maaf seribu maaf untuk pelatih Bima yang masih belum berpengalaman menangani tim, ini bukan soal sepele. 

Bagaimana ia merumuskan strategi jika macet, bagaimana menangani karakter pemain, dan begitu banyak hal lain. Semua serahkan pada Tuhan. Gundulmukui... Itu bukan iman tetapi ngawur dan mem-bully Tuhan.

Tuhan memang bisa mengubah hal-hal yang mustahil sekalipun, toh tetap manusia berusaha sekuat tenaga dan yang terbaik yang diupayakan. Bukan seenaknya sendiri kemudian menyerangkan hasilnya pada Tuhan. Apa iya menyediakan nasi kemudian menghendaki Tuhan mengubahnya menjadi  spagetti, ini mencobai Tuhan namanya.

Bisa dan boleh menyerahkan kepada Tuhan, jika seluruh upaya, rancangan, dan kerja keras itu telah dilakukan.  Ada timbal balik antara usaha dan iman. Dan bukan itu yang terjadi.

#kosongkangbk

Penonton itu membayar untuk mendukung timnas, kalah menang sering bukan menjadi ukuran, kalau kecewa karena kalah bukan disebabkan timnas yang miskin  pemain, tidak punya pilihan lain atas pelatih, dan nonteknis ataupun teknis. Penonton kecewa karena seharusnya bisa kalau mau serius membina dan melakukan kerja untuk AFF dan sepakbola ini.

Aksi yang cukup baik karena PSSI bukan hanya keras kepala, teapi degil, tahu salah malah nyolot, dan tidak mau bebenah. Berkali-kali kog timnas kalah dan penonton tetap saja membela, menonton, dan mendukung, apa ini bukan cinta? Malah sudah mabuk cinta ini kadarnya.

Timnas berlaga melawan Brasil, Jerman, atau Perancis, kalah berapapun tidak akan ada boikot GBK karena memang kualitasnya tahu dengan baik. Level yang berbeda, bahkan akan menonton dan sepanjang laga bersorak bahkan juga untuk tim lawan.  Apa yang dituntut penonton itu level yang sama, bahkan kalah dengan kelas di bawahnya, ini tragis.

Pemain, negara, dan banyak pelatih terkesima dengan antusiasme penonto Indonesia. Gegap gempita seolah tidak capek, termasuk tidak capek diberi harapan demi harapan dan nyaris terus menerus itu. Berapa kali saja dan selalu tampak antusias mendukung dengan harapan siapa tahu bisa menang.

Cukup rasional dan tidak berlebihan sebenarnya yang dituntut penonton ini, bukan juga tidak menghargai apa yang dikerjakan petalih apalagi pemain yang sudah berjibaku demi bisa memuaskan penonton. 

Ini upaya terakhir dengan mengadakan upaya boikot. Pengurus kepala batu yang tidak mau menggunakan kuping dan mata untuk bebenah dan berubah.

Sekali lagi, stok pemain dan pelatih tidak kurang-kurang, namun pengurus sontoloyo yang bermain dan bekerja buruk sekali. Bagaimana bisa timnas bermain liga berjalan dan itu memasuki pertandingan krusial. Ini  masalah serius. Siapa ini, jelas pengurus. 

Mana ada klub dengan rela harus melepaskan pemain potensial. Atau sisi lain tega dengan klub dengan mengambil pemain mahal mereka. Di sinilah jelas keteledoran mereka di dalam emmbuat jadwal. Jadwal itu sangat krusial dan terulang berkali ulang masalah klasik dan sepele ini.

Tidak hanya ketidakprofesionalan dalam mengelola pemain itu saja, berhadapan dengan pelatih asing lagi PSSI lalai. Memalukan di dunia internasional. Hal yang lagi-lagi sama, petisi, demo, dan apalagi upaya penggemar timnas itu sudah lakukan, toh mereka lagi-lagi tidak merasa bersalah. Dibekukan FIFA pun tidak memberikan perubahan signifikan.

Pemain,pelatih,  liga, dan banyak keunggulan di bandingkan di Asia Tenggara ini, ini soal pengurus federasi saja masalahnya. Memilih pelatih dan pemain yang baik, timnas akan baik, bukan wartawan, pengurus buruk semua ikut buruk, dan itu berkali ulang, jangan salahkan Tuhan, wong salah kalian sendiri, para pengurus.

Terima kasih dan salam

Tanggapan dan inspirasi atas artikel:

https://www.kompasiana.com/pebrianov/5bf7db65ab12ae14f227e336/tagar-kosongkangbk-paradok-cinta-sebagian-pendukung-timnas-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun