Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Gaya Baru Kampanye Jokowi

25 November 2018   10:48 Diperbarui: 25 November 2018   12:46 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya yang ditampilkan Jokowi  akhir-akhir ini cukup baru dan mengagetan terutama bagi kubu rival yang tidak menyangka akan menggunakan cara yang berbeda sama sekali dengan 2014 lalu. Terakhir mengenai mau nabok, yang selalu mengaitkan dengan PKI. 

Hampir bersamaan mengatakan, ada orang kaya raya yang tidak pernah masuk pasar tiba-tiba masuk pasar, dan pas keluar teriak-teriak harga mahal. Hal yang cukup menohok, dan itu berbeda dengan kampanye lalu.

Orang masih ingat dan banyak yang terkesan dengan ujaran aku ra papa, yang jelas memperlihatkan kesederhanaan, menyatakan hal yang ia alami atau tuduhkan itu tidak mempengaruhi dirinya, itu hanya sebuat intrik politis yang tidak akan berpengaruh bagi kualitasnya. 

Sangat baik dan itu membuatnya banyak orang terkesima dan akhirnya menjatuhkan pilihan.

Apa yang disajikan kali ini adalah beda konteks dan kasus, karena posisinya yang membedakan. Pada 2014 hanya pribadinya sendiri, sebagai Joko Widodo yang berkontestasi sebagai calon presiden. Hal yang sangat wajar jika menyikapi itu dengan diam dan menerima, ngalah. Tidak ada masalah yang berlebihan.

Kini kondisi berbeda, kadang yang dijadikan sasaran itu bukan hanya pribadi Joko Widodo sebagai calon presiden semata, namun sebagai kepala negara, kepala pemerintahan yang masih menjabat. Soal politius sontoloyo, di mana yang disasar adalah politikus yang biasa  memutarbalikan fakta. 

Ini jelas merugikan negara secara keseluruhan, bukan hanya Jokowi sebagai pribadi calon presiden. Kredibilitas bangsa ikut dipertaruhkan jika didiamkan saja.

Politikus gendruwo, di mana orang atau politikus yang menakut-nakuti, menciptakan ketakutan, siapa yang ditakut-takuti, rakyat, bangsa, dan negara ini secara umum. Berbeda jika yang citakut-takuti itu Jokowi sebagai calon presiden, reaksinya berbeda. Apalagi ketakutan yang dinyatakan lebih banyak ilusi dan kurang data, beberapa data dipotong, dan kadang data sebagian dikaitkan dengan hal yang jauh berbeda.

Isu PKI yang berkali ulang dinyatakan Jokowi pun sangat wajar direaksi dengan kata mau nabok. Hal yang diulang-ulang selama empat tahun lebih, ini membodohi rakyat dan negara. Hal yang sangat merendahkan kualitas bangsa dan negara. 

Sebegitu rendahnya kualitas bangsa sehingga masih percaya kebohongan murahan begitu. Sama sekali tidak ada yang baru, tetapi masih ada yang membutakan diri, ini serius jangan hanya dibaca sebagai soal kampanye saja.

Beberapa pengamat ada yang menyesalkan mengapa Jokowi mengambil sikap demikian, kog berbeda dengan 2014. Bisa menjadi kerugian yang  patut disayangkan, apakah demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun