Presiden mengatakan rekam jejak, jenjang karir, dan pendidikan yang komplet menjadi nilai lebih. Pendidikan ini yang jarang dimiliki oleh pejabat  militer, apalagi luar negeri, bukan soal menghargai luarnya, kalau di sini berderet gelar karena bayar. Memang ada kualitas pembeda yang cukup signifikan.
Kalangan dalam AD dan TNI umumnya juga adem ayem, tidak banyak gejolak, justru pihak luar, ada apa? Itu bisa dilihat  apa yang selama ini dilakukan. Dan kebiasaan mereka seperti apa, itu saja.
Jawaban KSAD, apa omong apa saja silakan, jelas memberikan pemikirannya untuk fokus pada pekerjaan, tanggung jawab, dan memang tidak akan bisa menyenangkan semua pihak di dalam waktu yang bersamaan. Pilihan bijak dan cerdik, menghabiskan energi jika terus-terusan demikian.
Perbedaan pandangan, piihan politik dengan atasan, dengan pimpinan, itu sebenarnya biasa dan wajar, asal tidak dijadikan panggung untuk kepentingan diri sendiri, dan untuk memperoleh panggung bagi karir pribadi. Seorang pemimpin yang baik akan respek pada atasan baik langsung atau tidak.Â
Perbedaan akan disalurkan dalam forum resmi, diskusi yang bertanggung jawab, kritik membangun. Sebaliknya, jika orang hanya mencari panggung, hanya akan bicara di luar, media sosial, media massa, tidak ada yang baru, namun diciptakan seolah baru.
Bagaimana bisa berjalan sebagamana mestinya jika ada anggota paduan suara mau menonjolkan diri dan lepas dari aba-aba dirijen? Apa salah dirijen memilih meminta anggota itu diam atau keluar sekalian?
Kebebasan berpendapat itu bukan asal berbeda, namun yang berkualitas, bukan apa-apa beda dan menyalahkan, menuding, dan menghakimi, tanpa jalan keluar. Habis energi untuk itu saja, kapan bisa membangun dengan baik?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H